Adab Membaca Al-Qur’an

0
751

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Membaca Al-Qur’an adalah amalan yang sangat mulia apalagi ketika kita membacanya dibulan ramadhan dan Al-Qur’an diturunkan pada bulan ramadhan sebagaimana dalam firman Allah Subhanahu wata’ala:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ

Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur-an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil)…” (QS.Al-Baqarah : 185).

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. (QS. Al Qadr: 1).

Dalam bulan ramadhan didalamnya diperintahkan untuk banyak membaca Al-Qur’an, Allah menyebutkan seputar hukum – hukum puasa dalam Al-Qur’an. membaca Al-Qur’an memiliki adab – adab yang harus kita perhatikan.

Berikut ini adalah Adab – Adab dalam membaca Al-Qur’an Sesuai dengan Tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

  1. Mengikhlaskan niat karena Allah Subhanahu wata’ala.

Membaca Al-Qur’an adalah bentuk ibadah keapda Allah yang membutuhkan niat yang ikhlas. Allah berfirman:

فَادْعُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ

Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadat kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya)“. (QS. Ghafir :14)

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus”.(QS. Al Bayyinah : 05). Bacalah Al-Qur’an dan niatkanlah untuk wajah Allah

  1. Hendaknya ia membaca Al-Qur’an dengan hati yang hadir mentadabburi apa yang ia baca dan berusaha memahami makna – maknanya dan hendaknya ia khusyu dalam membaca Al-Qur’an dan menghadirkan dalam hatinya sesungguhnya ketika membacanya, Al-Qur’an berbicara dengannya karena Al-Qur’an merupakan kalamullah.
  2. Membaca Al-Qur’an dalam keadaan suci karena merupakan bagian dalam memngagungkan kalamullah jangan ia membaca Al-Qur’an saat ia dalam keadaan junub sampai ia mandi janabah jika ia mampu untuk mandi dan mendapatkan air atau bertayammum, jika tidak mendapatkan air atau bagi yang tidak bisa terkena air disebabkan sakit hendak ia bertayammun dan senantiasa berdzikir kepada Allah dan berdoa ketika membaca ayat ayat yang didalamnya ada dzikir, dikecualikan para ulama boleh membaca doa atau dzikir walaupun ia tidak dalam keadaan suci tetapi ia tidak meniatkan untuk membaca Al-Qur’an akan tetapi ia mengambil lafadz doa dan dzikir dari Al-Qur’an.
  3. Tidak membaca Al-Qur’an ditempat yang kotor karena dikhawatirkan akan menjadi bagian menghinakan Al-Qur’an, tidak boleh seseorang membaca Al-Qur’an didalam toilet atau ditempat dimana seseorang membuang hajat.
  4. Ber istiadza meminta perlidungan kepada Allah dari syaitan

Sebagaimana Firman Allah Subhanahu wata’ala:

فَإِذَا قَرَأْتَ ٱلْقُرْءَانَ فَٱسْتَعِذْ بِٱللَّهِ مِنَ ٱلشَّيْطَٰنِ ٱلرَّجِيمِ

 “Apabila kamu membaca Al-Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk”.(QS. An-Nahl : 98). Mengapa demikian karena diantara perkara yang paling dibenci oleh syaithan adalah membaca Al-Qur’an dan syaithan berusaha menghalangi kita dari membaca Al-Qur’an, maka dari itu Allah memerintahkan kepada kita untuk berlindung dari godaan syaithan ketika hendak membaca Al-Qur’an. Dengan membaca 2 macam taawudz agar syaithan tidak memalingkan kita dari membaca Al-Qur’an. Adapun membaca basmalah ketika kita membaca dari awal surah maka kita diperintahkan membaca basmalah setelah beristiadza kecuali diawal surah At Taubah adapun dipertengahan surah diberikan pilihan bagi pembacanya apakah membaca istiadza atau membaca istiadza kemudian basmalah lalu masuk membaca ayat.

  1. Hendaknya ketika ia membaca Al-Qur’an ia memperindah suaranya tanpa memberat – beratkan diri sebagian orang ada yang memperindah suaranya dengan berlebihan sehingga merusak bacaannya itu sendiri, sebaik baik membaca Al-Qur’an adalah membaca dengan sesuai yang Allah dan Rasulullah tuntunkan. Diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah tidak mendengar suara seorang Nabi melainkan Dia mendengar suara seorang Nabi yang membaca Al-Quran dengan suara yang indah.” (HR. Bukhari).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang qari’ yang membaca Al Quran dengan suara indah dan merdu. Beliau memang tidak bisa baca, dan tulis, dan langsung belajar Al Quran secara talaqqi dari Malaikat Jibril. Abdullah bin Mughaffal pernah mengilustrsikan suara Rasulullah dengan terperanjatnya unta yang ditunggangi Nabi ketika Nabi melantunkan suroh Al Fath. Pantaslah ketika dahulu para sahabat berjamaah dengan Rasul, ayat-ayat yang panjang tidak menyurutkan mereka untuk tetap setia mengisi shaf yang ada.

Ketika kita membaca Al-Qur’an ada yang istrahat atau ada yang dimasjid berdzikir maka janganlah mengeraskan suara kita yang bisa menganggu mereka, hal ini pernah terjadi dizaman Rasulullah, ketika para sahabat membaca Al-Qur’an dalam masjid dan ada yang meninggikan suaranya maka Rasulullah keluar dari kamarnya dan menjumpai mereka, beliau berkata:”Sesungguhnya orang yang sholat itu bermunajah kepada tuhannya, hendaknya janganlah salah seorang diantara kalian menjaharkan suara pada sebahagian yang lain (jangalah ia menjaharkan suaranya sampai ia mengganggu orang lain_Penj)“, kecuali ketika sendiri atau mengajarkan kepada anak-anak dan keluarga kita maka hal itu tidak mengapa.

  1. Membaca Al-Qur’an dengan Tartil

  Allah Subhanahu wata’ala  berfirman:

أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا

Dan bacalah Al-Qur’an dengan tartil”. (QS. Al-Muzzamil :4).

Yang dimaksud membaca dengan tartil adalah membaca dengan perlahan – lahan tanpa tergesa – gesa dan dipercepat karena membaca dengan tartil akan mempermudah bagi kita mengetahui makna dan tadabburnya, dan kita memberikan hak pada setiap hurufnya.

Ali bin Abi Tholib Radhiyallahu ‘anhu menafsirkan ayat tersebut dengan mengatakan: “Membaca huruf dengan tajwid  (memberikan huruf pada setiap haknya)”.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَتَغَنَّ بِالْقُرْآنِ

Barangsiapa yang tidak memperindah suaranya ketika membaca Al-Qur’an, maka ia bukan dari golongan kami.” (HR. Abu Daud no. 1469 dan Ahmad 1: 175.).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:

زَيِّنُوا الْقُرْآنَ بِأَصْوَاتِكُمْ

Hiasilah Al- Qur’an dengan suara-suara kalian.” (HR. Abu Dawud dan Al-Nasa’i).

yang dimaksud adalah memperhatikan hukum – hukum dalam membaca Al – Qur’an.

  1. Hendaknya ketika ia membaca Al-Qur’an dan ia membaca tilawah atau ayat ayat sujud sajadah maka hendaklah ia sujud karena disunnahkan sujud ketika mendapatkan ayat sujud dan disunnahkan dihari jumat membaca surah As Sajadah pada rakaat pertama dan didalam surah As Sajadah ada perintah untuk sujud, begitupun dengan ayat yang lain yang terdapat dalam beberapa surah, apabila menemukan ayat sujud maka hendaklah ia sujud dan pada rakaat kedua disunnahkan membaca surah Al Insan karena ayat ini menceritakan penciptaan manusia, hari kiamat yang terjadinya pada hari jumat.

Jenis –Jenis Tilawah Al-Qur’an

Allah Subhanahu wata’ala memerintahkan kita membaca Al-Qur’an dan menyebutkan keutamaan membaca al-Qur’an sebagaimana dalam surah fathir pada ayat 29 dan 30:

{الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ (29) لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ (30)}

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”. “Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Fathir: 29-30). Harta yang kita miliki serta usaha yang kita jalankan kadang mengalami kerugian bahkan sampai bangkrut adapun membaca Al-Qur’an kita tidak akan pernah merugi karena membacanya dan mempelajairnya.

Tidaklah seseorang meluangkan waktunya untuk membaca Al-Qur’an kecuali umurnya akan diberkahi oleh Allah Subhanahu wata’ala, jangan jadikan alasan kesibukan untuk malas membca Al-Qur’an bahkan jadikanlah Al-Qur’an sebagai kesibukan kita, jangan sampai rumah kita dihiasi dengan seruling – seruling syaithan dan tontonan yang tidak layak sehingga terjadi banyak masalah dan kegalauan Karena kita jauh dari rahmah dan ketenangan yaitu Al-Qur’an, oleh karenanya Allah Subhanahu wata’ala mengingatkan kepada istri – istrinya  dimana rumah mereka adalah rumah yang sederhana, perabotannya nyaris tidak ada atau bahkan tidak ada akan tetapi mereka merasakan ketenangan dan kebahagiaan dalam rumah yang sederhana penyebabnya adalah sebagaimana dalam firman Allah Subhanahu wata’ala:

وَاذْكُرْنَ مَا يُتْلَىٰ فِي بُيُوتِكُنَّ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ وَالْحِكْمَةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ لَطِيفًا خَبِيرًا

Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunnah nabimu). Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui“.(QS. Ahzab :34)

Bagi suami istri yang mengharapkan keluarga sakinah dan mawaddah perbanyaklah membaca Al-Qur’an dirumah rumah kalian karena setanlah yang berusaha membuat kita bersedih Allah Subhnahu wata’ala berfirman:

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوّاً شَيَاطِينَ الأِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوراً

Dan demikianlah Kami jadikan untuk setiap nabi musuh yang terdiri dari setan-setan manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan. (QS. Al An’am: 112).

إِنَّمَا النَّجْوَىٰ مِنَ الشَّيْطَانِ لِيَحْزُنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَلَيْسَ بِضَارِّهِمْ شَيْئًا إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

“Sesungguhnya pembicaraan bisik-bisik itu hanyalah dorongan dari setan. Supaya menjadikan hati orang-orang beriman sedih. Padahal pembicaraan rahasia untuk menggunjing tidak akan merugikan orang-orang beriman sedikitpun, kecuali dengan kehendak Allah. Hanya kepada Allah-lah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakkal” (QS. Al-Mujadilah: 10).

Oleh karenanya perbanyak membaca Al-Qur’an agar kita merasakan ketenangan dan kelapangan dada dimana pun kita berada jangan sampai perhatian kita terhadap handphone lebih besar daripada membaca Al-Qur’an.

Tilawah Al-Qur’an terbagi menjadi 2, Tilawah secara lafdhiyah dan Tilawah secara Hukmiyah:

  1. Tilawah secara lafdhiyah dimana disebutkan banyak keutuamaannya dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, sahabat usman Affan Radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan hadist dari Rasulullah:

عَنْ عُثْمَانَ – رضى الله عنه- عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ «خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ» رواه البخاري

Artinya: “Ustman bin Affan radhiyallahu ‘anhu berkata: “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar al-Quran dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari). Oleh karenanya jangan meremehkan taman mengajar Al-Qur’an dan guru mengaji mereka mengerjakan amalan yang paling mulia

Abdurrahman As Sulami Rahimahullah yang mengajarkan anak anak kecil, remaja dan orang lain selama puluhan tahun dimasjid”, ketika beliau ditanya:”Apa yang membuat engkau begitu sabar mengajarkan Al-Qur’an ?.” beliau kemudian berkata:”Saya didudukkan oleh hadist Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam: “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar al-Quran dan mengajarkannya”.

Dari ‘Aisyah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ

“Orang yang mahir membaca Al-Qur`an, maka kedudukannya di akhirat bersama para malaikat yang mulia lagi baik. Sementara orang yang membaca Al-Qur`an dengan tertatah-tatah dan dia sulit dalam membacanya, maka dia mendapatkan dua pahala, (Pahala membaca Al-Qur’an dan pahala sulitnya membaca Al-Qur’an”)(HR. Muslim no. 798).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berkata kepada Aisyah:”Sesungguhnya pahalamu wahai ‘Aisyah kembali kepada payahnya engkau mengerjakan amalan”.

Adapun yang sudah tua menghafalkan Al-Qur’an jangan pasrah dengan kondisi umur kita lalu kita berkata biarlah anak saya atau biarlah cucu saya, tidak demikian, mulai dari diri kita, banyak sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam masuk islam setelah mereka berusia lanjut namun tidak menghalangi mereka menghafalkan Al-Qur’an, jadikan menghafal Al-Qur’an menjadi program seumur hidup kita dan cukuplah kita meninggal dengan niat menghafalkan Al-Qur’an dituliskan pahalanya disisi Allah Subhanahu wata’ala.

Dari Abu Musa Al-Asy’ari berkata, Rasulullah bersabda: “Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al Qur`an bagaikan buah utrujah /limau baunya harum dan rasanya lezat. Dan perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al Qur`an bagaikan kurma, rasanya lezat dan tidak berbau. Dan perumpamaan orang munafik yang membaca Al Qur`an bagaikan buah raihanah yang baunya ngak enak dan rasanya pahit, dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al Qur`an bagaikan buah hanzholah tidak berbau dan rasanya pahit.” (Muttafaqun `Alaihi).

Sebagian ulama mengatakan jumlah tingkatan didalam surga tergantung jumlah ayat ayat yeng terdapat didalam Al-Qur’an. Sebagaimana dalam hadist Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا

“Dikatakan kepada orang yang membaca (menghafalkan) al-Qur’an nanti, ‘Bacalah dan naiklah serta tartillah sebagaimana engkau di dunia mentartilnya! Karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca (hafal).(HR. Imam Abu Daud dalam Sunannya no. 1464 dan imam Tirmidzi dalam sunan at-Tirmidzi, no. 2914, dan Ibnu Hibbân no. 1790 dari jalan ‘Âshim bin Abi  Najûd dari Zurrin dari Abdullah bin ‘Amru secara marfu’.).

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan pahala orang yang membaca Al-Qur’an:

عَنْ عَبْد اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ رضى الله عنه يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ ».

“Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf. (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6469).

Faedah yang bisa kita ambil dari hadist diatas:

Apakah kedudukan dan pahala juga didapatkan bagi orang yang tidak faham ketika ia membaca Al-Qur’an jawabannya:”ia” akan mendapatkannya sebagaimana Ulama tafsir ketika menafsirkan alim lam mim mereka mengatakan Allah Subhanahu wata’ala lebih tahu maknanya namun beliau menyebutkan keutamaan dan kedudukannya bahwasanya alif satu huruf, lam satu huruf, mim satu huruf jadi walaupun kita tidak mengerti apa yang kita baca dari Al-Qur’an terutama bagi orang awam akan mendapatkan keutamaan membaca Al-Qur’an tentu yang lebih utama adalah mentadabburinya memahami maknanya yang akan membantu kita untuk mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan kita.

Kautamaan suatu surah yang disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dianataanya adalah:

  1. Surah Al fatihah

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لأُعَلِّمَنَّكَ سُورَةً هِىَ أَعْظَمُ السُّوَرِ فِى الْقُرْآنِ

“Sungguh, aku akan mengajarkan kepadamu surat yang paling agung dalam Al Qur’an”. (HR. Al Bukhari). Lalu beliau mengajarkan surat Al Fatihah.

Surat Al Fatihah, juga merupakan surat istimewa yang tidak pernah diturunkan surat semacam itu dalam kitab-kitab sebelumnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِه مَا أُنْزِلَ فِى التَّوْرَاةِ وَلاَ فِى الإِنْجِيلِ وَلاَ فِى الزَّبُورِ وَلاَ فِى الْفُرْقَانِ مِثْلُهَا إِنَّهَا السَّبْعُ الْمَثَانِى وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ الَّذِى أُعْطِيتُ

“Demi jiwaku yang ada dalam genggamanNya, tidaklah Allah menurunkan di dalam Taurat, Injil, Zabur dan Al Furqan, sesuatu yang sebanding dengan surat Al Fatihah. Sesungguhnya ia adalah tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al Qur’an yang agung itu diberikan kepadaku.” (HR. Ahmad).Dan sungguh Kami telah memberikan kepadamu tujuh (ayat) yang (dibaca) berulang-ulang dan Al Qur’an yang agung”.(QS. Al Hijr : 87).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ

Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ubadah bin Shomit).

Surah ini ketika sampai diturunkan kepada Rasulullah, Allah mengutus jibril dan ketika jibril berada dimajelisnya Rasulullah  kemudian terdengar suara keras dari atas mereka, jibril kemudian bertanya tahukah kalian suara apa itu, Nabi mengatakan tidak tahu suara apa itu, jibril mengabarkan bahwasanya:”Ini adalah suara pintu dilangit yang baru dibuka hari ini dimana tidak pernah dibuka kecuali hari ini wahai Muhammad dan turun darinya malaikat yang tidak pernah turun ke bumi kecuali hari ini” malaikat ini datang kepada Rasulullah, memberi salam kepada Rasulullah hanya ingin menyampaikan akan diturunkannya 2 surah kepada Rasulullah, malaikat memberikan kabar gembira dengan diturunkannya Surah Al Fatihah malaikat ini berkata kepada Rasulullah:”Bergembiralah Muhammad dengan 2 cahaya yang diberikan kepadamu yaitu Surah Al Fatihah dan surah Al-Baqarah (penutup dari surah Al-Baqarah).

  1. Surah Al Baqarah dan Surah Ali Imran

Bagaimana Al-Qur’an diagungkan dizaman Rasulullah, Abdullah Ibnu Mas’ud mengatakan :”Jika ada yang menghafalkan surah Al-Baqarah dia menjadi mulai ditengah tengah kami”, diantara sahabat ada yang menyembeli unta sebagai kesyukuran telah menghafalkan surah Al-Baqarah, apatahlagi ketika ia menghafal Ali Imran dan menghafal Al-Qur’an seluruhnya yang akan menjadi syafaat baginya dihari kemudian.

Abu Umamah Al-Bahili Radhiyallahu anhu berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ اقْرَءُوا الزَّهْرَاوَيْنِ الْبَقَرَةَ وَسُورَةَ آلِ عِمْرَانَ فَإِنَّهُمَا تَأْتِيَانِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُمَا غَمَامَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا غَيَايَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا فِرْقَانِ مِنْ طَيْرٍ صَوَافَّ تُحَاجَّانِ عَنْ أَصْحَابِهِمَا اقْرَءُوا سُورَةَ الْبَقَرَةِ فَإِنَّ أَخْذَهَا بَرَكَةٌ وَتَرْكَهَا حَسْرَةٌ وَلَا تَسْتَطِيعُهَا الْبَطَلَةُ

“Bacalah Al Qur`an, karena ia akan datang memberi syafa’at kepada para pembacanya pada hari kiamat nanti. Bacalah Az-Zahrawain, yakni Al-Baqarah dan surah Ali Imran, karena keduanya akan datang pada hari kiamat nanti, seperti dua tumpuk awan menaungi pembacanya, atau seperti dua kelompok burung yang sedang terbang dalam formasi hendak membela pembacanya. Bacalah surah Al-Baqarah, karena membacanya adalah berkah dan tidak membacanya adalah penyesalan. Dan para penyihir tidak akan dapat membacanya.” (HR. Muslim no. 804)

“اقْرَءُوْا سُورَةَ الْبَقَرَةِ، فَإِنَّ أَخْذَهَا بَرَكَةٌ، وَتَرْكَهَا حَسْرَةٌ، وَلاَ تَسْتَطِيْعُهَا الْبَطَلَةُ

Bacalah surat al-Baqarah, karena membacanya akan mendatangkan berkah dan meninggalkannya berarti kerugian. Tukang sihir tidak akan bisa (berbuat jahat kepada pembaca)nya“. (HR. Muslim).

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنْ الْبَيْتِ الَّذِي تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ

“Janganlah kalian jadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan, sesungguhnya setan itu akan lari dari rumah yang di dalamnya dibacakan surat Al-Baqarah”. (HR. Muslim no. 780). Begitupula dengan surah surah yang lain yang  yang juga memiliki keutamaan

Oleh karenanya perbanyak membaca Al-Qur’an kemudian ajarkan kepada anak-anak kita jangan ada yang mendahului kita mengajarkan surah Al Fatihah kepada anak kita karena itulah surah yang mereka baca setiap mereka sholat dan pahalanya akan terus mengalir kepada kita karena kitalah yang menjadi sebab mereka menghafal surah tersebut, kita akan mendapatkan pahala jariyah walaupun kita telah meninggal dunia, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah segala amalannya, kecuali dari tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang mendoakannya”. (HR. Muslim, Abu Dawud dan Nasa’i)

2. Tilawah Hukmiyah (membenarkan kabar – kabar yang disampaikan didalam Al-Qur’an)
kita tidak mengetahui peristwa Nabi-Nabi terdahulu namun dengan Al-Qur’an kita mengetahuinya, orang orang beriman yang membaca Al-Qur’an dia tidak bersedih ketika orang lain bersedih karena semua jawabannya ada didalam Al-Qur’an:

Jadikan diri kita untuk berusaha Menjalankan perintahnya dan menjauhi larangan – larangannya , ketika ada perintah didalam Al-Qur’an maka utamakan perintah tersebut untuk diri kita untuk kita langsung mengerjakan atau mengamalkannya. Didalam Al-Qur’an ada seruan Allah Subhanauu wata’ala yang dimulai dengan:“Wahai orang – orang yang beriman“, Abdullah Ibnu Mas’ud mengatakan jika engkau mendengar ayat:”Wahai orang – orang yang beriman”, pasang pendengaran kalian baik-baik karena setelahnya apakah perintah untuk mengerjakan sesuatu atau larangan yang Allah larang kita darinya”,

Para sahabat Nabi mereka hidup bersama Al-Qur’an, ada sahabat yang ketika turun firman Allah:“Janganlah kalian mengangkat suara kalian diatas suara Nabi, ada sahabat yang sering mengumandangkan syair dimasjid Nabi dan ini perintah Nabi  untuk membantah syair-syair orang kafir akan tetapi ketika turun ayat ini beliau demam tidak bisa kemasjid ketika Nabi mencarinya disampaikan bahwa beliau lagi sakit, sahabat yang sering mengumandangkan syair ini beliau khawatir jangan sampai ayat ini turun untuk menghinakannya, karena ia mengatakan:”Saya pernah mengangkat suara dimajelisnya Rasulullah“.

Al-Qur’an bukan diturunkan untuk hanya sekedar membacanya akan tetapi untuk mentadabburinya dan mengamalkannya dalam kehidupan kita, Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ

Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran“. (QS. Shaad: 29).

Para sahabat ketika belajar Al-Qur’an 10 ayat mereka tidak melewati 10 ayat tersebut sampai mereka mempelajarinya dan memahami kandungannya dari ilmu dan amalan mereka kemudian berkata:”Kami kemudian belajar al-Qur’an, ilmu dan amal sekaligus, hal ini harus kita lakukan karena merupakan sumber kebahagiaan kita didunia dan akhirat.Wallahu A’lam Bish Showaab



Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Selasa, 03 Ramadhan 1438 H

Fanspage : Harman Tajang

Kunjungi Media MIM:
Fans page: https://www.facebook.com/markaz.imam.malik.makassar/

Website : http://harmantajang.id

Youtube : https://www.youtube.com/c/MimTvMakassar

Telegram : https://telegram.me/infokommim

Instagram : https://www.instagram.com/markaz_imam_malik/

ID LINE :  http://line.me/ti/p/%40nga7079p

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here