Belajar dari Sirah: Memahami Islam yang Benar

Padang pasir
Ilustrasi suasana padang pasir/Unplash

Harmantajang.com – Bagi setiap Muslim, mempelajari Islam merupakan kewajiban yang mendasar salah satunya belajar dari Sirah Memahami Islam yang benar kita dapat memahami Islam yang benar karena Islam merupakan satu kesatuan yang utuh. 

Dalam konteks ini, sejarah kehidupan Rasulullah (sirah) dan sunnahnya memiliki peran yang sangat sentral.

Sirah adalah Bagian Tak Terpisahkan dari Agama

Mempelajari sirah Rasulullah adalah keharusan karena sirah adalah salah satu bagian terpenting dari agama ini. Islam tidak mungkin dipisahkan dari sirah Nabi, sebab Beliaulah yang menyampaikan ajaran Islam kepada umat manusia.

Para ulama bahkan menggunakan istilah Al-Usul Al-Tsalatsah (Tiga Fondasi Dasar) yang harus diketahui oleh seorang Muslim, yaitu: Ma’rifatullah (mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala), Ma’rifatur Rasul (mengenal Rasul) dan Ma’rifatuddin atau Ma’rifatul Islam (mengenal Islam).

Oleh karena itu, memahami siapa Rasulullah dan bagaimana kehidupan beliau adalah prasyarat untuk memahami Islam itu sendiri.

Baca Juga: Alam Kubur: Antara Nikmat dan Siksa

Sunnah sebagai Penjelas Al-Qur’an

Hubungan antara Al-Qur’an dan Sunnah dijelaskan dalam Surah An-Nahl (ayat yang disebutkan dalam sumber), di mana Allah berfirman bahwa Dia telah menurunkan kepada Nabi Muhammad (yaitu Sunnah). 

Tujuan diturunkannya adalah litubayyina linnasi ma nuzzila ilaihim, yaitu agar Nabi Muhammad dapat menjelaskan kepada umat manusia apa yang diturunkan kepada mereka (yaitu Al-Qur’an).

Dengan kata lain, salah satu fungsi Sunnah adalah menjadi penjelasan terhadap Al-Qur’an. Kita tidak akan bisa memahami apa yang ada di dalam Al-Qur’an dengan baik jika kita tidak mempelajari sirah Nabi.

Contoh nyata dari peran Sunnah sebagai penjelas adalah pelaksanaan shalat. Meskipun Al-Qur’an memerintahkan shalat, rincian praktiknya, seperti shalat lima kali sehari semalam, shalat Subuh dua rakaat, Zuhur empat rakaat, Maghrib tiga rakaat, dan Isya empat rakaat, semuanya hanya dijelaskan di dalam Sunnah.

Sirah Nabi sendiri merupakan at-tatbiq al-‘amali, yaitu bentuk praktik dan aplikasi nyata dari Islam. Untuk mengetahui bagaimana cara mengamalkan Islam dengan benar, kita harus melihat sirah beliau. 

Praktik Islam yang paling benar datang dari Rasulullah dan para Sahabat, sehingga untuk memahami pengamalan Islam yang benar, kita harus mempelajari sirah.

Baca Juga: Belajar dari Sejarah: Menyikapi Dunia dan Peradaban Manusia

Bahaya Gerakan Ingkar Sunnah

Sangat berbahaya jika seseorang hanya mencukupkan diri dalam berislam dengan hanya menggunakan Al-Qur’an. Kelompok yang melakukan hal ini disebut Qur’aniyun, meskipun nama yang lebih tepat dan jujur adalah Ingkar Sunnah. 

Kelompok Qur’aniyun (yang menisbatkan diri kepada Al-Qur’an) menggunakan nama tersebut sebagai polesan agar penyimpangan mereka tidak terlalu kentara.

Di Indonesia, gerakan Ingkar Sunnah pernah marak, dan kini bermetamorfosis dalam berbagai bentuk, salah satunya dengan membagikan buku-buku kecil yang isinya hanya ayat-ayat Al-Qur’an beserta terjemahannya tanpa Hadits.

Penyebab gerakan ini sangat berbahaya adalah karena mereka tidak menganggap Sunnah Nab sebagai sumber dalam berislam. Secara logika, hal ini tidak cocok:

Al-Qur’an sampai kepada kita melalui jalur yang sama dengan Sunnah, yaitu melalui Rasulullah, kemudian para Sahabat, Tabi’in, Atba’ Tabi’in, dan seterusnya. 

Jika Al-Qur’an diterima melalui jalur tersebut, maka Sunnah yang sampai melalui jalur yang sama seharusnya juga diterima sebagai pegangan dalam berislam.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here