Harmantajang.com – Ketakwaan itu terpatri dalam diri, olehnya bersama dengan orang-orang yang benar merupakan upaya untuk menjaga ketakwaan.
Allah selalu Mengawasi Setiap Perkataan dan Perbuatan Hamba-Nya
Setiap dari kita diawasi oleh Allah Subhanahu wata’ala dalam setiap perkataan dan perbuatan.Allah Subhanahu wata’ala maka tidak akan mengkhianati karena Allah Subhanahu wata’ala senantiasa selalu berada dalam kejujuran.
Sebagaimana perintah dari Allah Subhanahu wata’ala:
Baca Juga: Jaga Orang Tuamu, Mereka Pintu Surgamu!
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”. (QS. At-Taubah: 119).
Adapun seseorang yang bergelimang dengan nikmat Allah hendaknya senantiasa bersyukur kepada Allah, sehingga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan didalam hadist:
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ مُعَافًى فِي جَسَدِهِ آمِنًا فِي سِرْبِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا
“Barangsiapa di antara kamu masuk pada waktu pagi dalam keadaan [1] sehat badannya,[2] aman pada keluarganya, dia [3]memiliki makanan pokoknya pada hari itu, maka seolah-olah seluruh dunia dikumpulkan untuknya”. (HR. Ibnu Majah, no: 4141, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shahih Al-Jami’ush Shaghir no. 5918).
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mengatakan:”Ada yang ia simpan untuk hari esok karena hari esok belum tentu milik kita, uang yang ada dalam rekening belum tentu dimiliki, kemewahan akan ditinggalkan.
Apa yang kita miliki dari harta benda yang melimpah ruah akan kita tinggalkan dan yang menemani kita dialam kubur hanyalah amalan-amalan sholeh.
Saling ‘Mencintailah’ Kalian Sesama Muslim
Allah menginginkan hambanya semakin mempererat ukhuwah Islamiyah, agar kemudian terasah sifat empati dan simpati dalam diri kita terhadap saudara-saudara kaum muslimin sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mempermisalkan didalam hadist beliau,
Dari an-Nu’man bin Basyir dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:
Baca Juga: Beribadah Merupakan Bentuk Kesyukuran Para Rasul Allah
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى.
“Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam”. (HR.
Al-Bukhari (no. 6011), Muslim (no. 2586).
Bahkan dijelaskan juga dalam Al-Qur’an bahwa Allah senantiasa menginginkan untuk senantiasa taawun dalam kebaikan. Allah berfirman:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. (QS. Al-Ma’idah: 2).
Dalam hadist Rasulullah bersabda:
خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no:3289).