Harmantajang.com – Sungguh beruntung mereka yang berat timbangan kebaikannya. Allah Subhanahu wata’ala berfirman:
فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan”. (QS. Al-Mu’minun: 102).
Mungkin ada yang bertanya apa yang ditimbang, ulama kita menyebutkan ada 3 yang ditimbang dimana ketiganya bisa ditimbang dan bisa salah satu diantara ketiganya dan semuanya ada dalilnya dari Nabi.
Jangan Menghibur Mereka dengan Dunia
”Boleh jadi orangnya yang ditimbang tetapi belum tentu orang yang gemuk berat timbanganya”. Olehnya jangan kita menghibur orang yang gemuk di dunia dengan mengatakan:“Tenang dihari kiamat yang beruntung itu yang berat timbangannya”, tidak demikian.
Karena itu Nabi mengatakan:”Akan di datangkan pada hari kiamat orang yang sangat gemuk namun timbangannya disisi Allah tidak menyamai walaupun sehelai sayap nyamuk“, tidak ada nilainya disisi Allah Subhanahu wata’ala.
Baca Juga: Puasa Arafah; Niat, Waktu dan Keutamaannya
Kata Para Ulama yang Ditimbang itu Amalannya
Catatan amalannya dan ini sesuai dengan hadist sijillah, ada orang yang memiliki 99 catatan dan semua rapornya itu merah dia sedang melihat dirinya binasa tapi ada satu catatan sijillah ketika ditimbang ternyata mengalahkan semua keburukannya disitu tertulis kalimat tauhid:
”La Ilaha Illallah”, olehnya jaga aqidah dengan baik karena ini modal utama kita masuk surga, jaga diri dari kesyirikan.
Amalnya yang ditimbang secara langsung
Seperti diketahui, siapa yang amalan kebajikannya berat maka merekalah orang-orang yang beruntung, yang dimaksud dengan orang yang beruntung yaitu mendapatkan apa yang diinginkan dan diselamatkan dari apa yang dia takutkan.
Sesuatu yang paling kita inginkan adalah dimasukkan ke dalam surga, mendapatkan rahmat Allah dan yang paling kita khawatirkan yaitu dimasukkan ke dalam neraka dan orang yang beruntung akan dimasukkan ke dalam surga dan diselamatkan dari api neraka.
Allah berfirman:
وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَٰئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فِي جَهَنَّمَ خَالِدُونَ
“Dan barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam”. (QS. Al-Mu’minun: 103).
Baca Juga: Mengambil Ibrah dari Kisah Khidir dan Musa
Siapa yang ringan timbangan amalan kebajikannya dalam artian lebih berat keburukannya maka mereka itulah yang merugikan diri-diri mereka sendiri, mereka dzalim terhadap diri mereka sendiri dan mereka akan dimasukkan ke dalam neraka jahannam dan dia kekal didalamnya.
Terutama kepada mereka orang-orang kafir karena orang kafir kebaikan apapun yang mereka lakukan dengan kekufurannya semua kebaikannya dikali nol dan tidak ada gunanya sama sekali.
Oleh karenanya ketika ‘Aisyah bertanya kepada Nabi tentang seorang lelaki dizaman jahiliyah yang terkenal dengan kedemawanannya, kebaikannya selalu memuliakan tamu, membantu orang lain, memiliki akhlak yang baik yang bernama Abdullah ibn Jud’an.
Aisyah bertanya apakah kebaikan-kebaikan yang ia lakukan dizaman jahiliyah itu bermanfaat baginya, Nabi mengatakan:”Sekali-kali tidak karena tidak pernah sekalipun ia berkata: ”Rabbigfirli khatiati yaumaddin”, dia tidak pernah bertaubat kepada Allah dan tidak beriman kepada Allah Subhanahu wata’ala.
Jadi semua kebaikannya tidak ada nilainya dan yang ia dapat hanya balasan yang ada di dunia berupa dipuji oleh orang, ditambahkan rezekinya oleh Allah tapi diakhirat tidak ada nilainnya disisi Allah Subhanahu wata’ala disebabkan karena kekufurannya.