Hukum Wanita Menziarahi Kubur

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu beliau berkata:

مَرَّ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – بِامْرَأَةٍ تَبْكِى عِنْدَ قَبْرٍ فَقَالَ « اتَّقِى اللَّهَ وَاصْبِرِى » . قَالَتْ إِلَيْكَ عَنِّى ، فَإِنَّكَ لَمْ تُصَبْ بِمُصِيبَتِى ، وَلَمْ تَعْرِفْهُ . فَقِيلَ لَهَا إِنَّهُ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – . فَأَتَتْ بَابَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – فَلَمْ تَجِدْ عِنْدَهُ بَوَّابِينَ فَقَالَتْ لَمْ أَعْرِفْكَ . فَقَالَ « إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الأُولَى »

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melewati seorang wanita yang sedang menangis di sisi kubur. Rasulullah berkata:”Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah!”, Wanita tersebut berkata:”Menyingkirlah dariku, karena kamu tidak tertimpa musibah sepertiku”. Wanita tersebut tidak mengetahui bahwa itu adalah Nabi. Lalu dia diberitahu bahwa yang menegurnya adalah Nabi, maka dia kemudian mendatangi rumah beliau. Dia tidak mendapati penjaga di rumah beliau. Dia berkata:”Aku tidak mengetahui bahwa itu engkau”. Maka Nabi berkata:”Kesabaran itu hanyalah di awal musibah”. (HR. Bukhari no. 1283 dan Muslim no. 2179. Lafadz hadits ini adalah milik Bukhari).

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mendapati wanita ini menangis disisi kuburan anaknya, jika melihat secara zhahir maka wanita  boleh menziarahi kubur dan Rasulullah tidak melarang wanita tersebut, akan tetapi yang beliau larang adalah agar wanita ini tidak menangis yang menandakan seakan – akan tidak ridha dengan takdir Allah Subhanahu wata’ala, mungkin sebagian kita berkata bahwa Nabi tidak melarang pada waktu itu karena ia sedang bersedih..?, perlu diketahui bahwa ketika wanita ini datang meminta maaf kepada Nabi dan perasaannya telah reda dan bisa ia kendalikan, Nabi menasehati wanita tersebut dengan berkata:”Kesabaran itu hanyalah di awal musibah”, tetapi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak melarangnya atau memarahinya karena menziarahi kuburan anaknya, jadi dalil ini dijadikan oleh para ulama tentang bolehnya wanita menziarahi kubur.

Lalu bagaimana dengan sebuah hadist yang dijadikan oleh sebagian ulama tentang tidak bolehnya wanita menziarahi kubur lafadz hadistnya yang artinya:

لَعَنَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَائِرَاتِ الْقُبُوْرِ

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat para wanita yang berziarah kubur“, hadist ini diriwayatkan oleh Ashaabul Sunan kecuali Ibnu Majah Rahimahullah dan dalam sanadnya  ada salah seorang yang bernama Abu Shalih beliau adalah maula dari Ummu Hani yang dihukumi lemah oleh para ulama, adapun lafadz yang shahih dari Ibnu Abbas, Abu Hurairah dan Hasan ibn Tsabit yaitu riwayat yang menyebutkan:

لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم– زَوَّارَاتِ الْقُبُورِ

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat para wanita yang sering berziarah kubur”. (HR. Ibnu Majah no. 1641, 1642, 1643; Tirmidzi no. 1076; dan Ahmad no. 8904. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Ahkamul Janaiz, hal. 235).

Perbedaan زَائِرَاتِ = Berziarah dan زَوَّارَاتِ = Sering berziarah  sehingga yang dilarang adalah wanita yang sering berziarah ke kuburan apalagi hati wanita lemah dan bisa mendatangkan fitnah ketika menziarahi kubur, adapun jika berziarah hanya sekali – kali tidak (tidak sering) maka tidak mengapa dan ini adalah pendapat yang pertengahan yang diperkuat oleh Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Baihaqi Rahimahullah begitupula dengan Imam Hakim Rahimahullah dari Abdullah ibn Abi Mulaikah ketika ia berjumpa dengan ‘Aisyah Radhiyallah ‘anha yang balik dari pekuburan beliau ditanya:”Dari mana anda wahai Ummul Mukminin.?”, Aisyah menjawab:”Saya baru dari kubur menziarahi saudara saya Abdurrahman ibn Abu Bakar”, Abdullah ibn Abi Mulaikah bertanya:”Bukankah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam melarangnya”, ‘Aisyah menjawab:”Betul, beliau pernah melarang akan tetapi beliau membolehkan”, hal ini berdasarkan dengan hadist Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam:

نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا

Aku dahulu pernah melarang kalian ziarah kubur, maka (sekarang) ziarahlah kalian” (HR. Muslim no. 2305 dalam Kitabul Janaiz Bab “Nabi Meminta Izin ke Rabb-nya untuk Menziarahi Kubur Ibunya”).

Dalam Hadist lain:

زوروا القبور ؛ فإنها تذكركم الآخرة

Berziarah-kuburlah, karena ia dapat mengingatkanmu akan akhirat” (HR. Ibnu Maajah no.1569)

Dalam hadist diatas menziarahi kubur untuk mengingat akhirat bersifat umum bisa laki – laki dan juga perempuan.

Dalil yang lain yaitu ketika ‘Aisyah bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam tentang doa berziarah ke kubur dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kepada ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha:

كيف أقول لهم يا رسول الله؟ قال: قولي: السلام على أهل الديار من المؤمنين والمسلمين، ويرحم الله المستقدمين منا والمستأخرين وإنا إن شاء الله بكم للاحقون

Aisyah bertanya: Apa yang harus aku ucapkan bagi mereka (shahibul qubur) wahai Rasulullah? Beliau bersabda: Ucapkanlah: Assalamu ‘alaa ahlid diyaar, minal mu’miniina wal muslimiin, wa yarhamullahul mustaqdimiina wal musta’khiriina, wa inna insyaa Allaahu bikum lalaahiquun (Salam untuk kalian wahai kaum muslimin dan mu’minin penghuni kubur. Semoga Allah merahmati orang-orang yang telah mendahului (mati), dan juga orang-orang yang diakhirkan (belum mati). Sungguh, Insya Allah kami pun akan menyusul kalian”. (HR. Muslim no.974).

Jadi kesimpulan dari apa yang telah dijelaskan diatas bahwasanya boleh bagi wanita berziarah ke kubur akan tetapi jangan sampai menimbulkan fitnah atau menyebabkan ikhtilat (campur baur antara lelaki dan wanita), melakukan perbuatan yang tidak pantas dikubur seperti: berteriak karena pada dasarnya wanita memiliki hati yang lemah , adapun ketika seorang wanita mencukupkan dirinya dirumah karena dapat menimbulkan fitnah ketika berziarah kubur maka cukuplah ia mendoakan dirumahnya maka doa itu sampai kepada yang ia maksudkan walaupun ia tidak menziarahi kuburnya.

Menziarahi kubur disyariatkan jangan diantara kita berkata ada ajaran wahabi yang tidak membolehkan menziarahi kubur hal ini tidak benar, bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyuruh kita menziarahi kubur, diakhir – akhir hidup Rasulullah sebelum beliau meninggal Allah menyampaikan melalui malaikat jibril untuk menyuruh Rasulullah dan para sahabat  menziarahi baqi (pekuburan para sahabat) untuk memintakan ampun kepada mereka dan beliau mengajarkan doa ziarah kubur, dan syarat serta tujuan menziarahi kuburan ada 2 yaitu menziarahi kuburan dengan  tujuan mendoakan  dan untuk mengingat akhirat.

Tidak dibenarkan menziarahi kubur dengan tujuan meminta keberkahan, kemudahan rezeki dan semisalnya karena hal ini dilarang dalam islam yang bisa sampai pada kesyirikan dan kekufuran.

Wallahu A’lam Bish Showaab



Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Jum’at, 28 Safar 1438 H

Fanspage : Harman Tajang

Kunjungi Media MIM:
Fans page: https://www.facebook.com/markaz.imam.malik.makassar/

Website : http://harmantajang.id

Youtube : https://www.youtube.com/c/MimTvMakassar

Telegram : https://telegram.me/infokommim

Instagram : https://www.instagram.com/markaz_imam_malik/

ID LINE :  http://line.me/ti/p/%40nga7079p

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here