Keadaan Orang Munafik Pada Hari Kiamat

 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Orang – orang munafik senantiasa selalu bersama dengan orang – orang beriman, mereka menampakkan keislaman namun mereka menyembunyikan kekufuran dalam hatinya. Allah menyebutkan sifat mereka dalam Al-Qur’an:

“Apabila mereka menjumpai orang-orang mukmin, mereka berkata: “Kami telah beriman, namun jika mereka menyendiri beserta dedengkot-dedengkotnya, mereka berkata, ‘Sesungguhnya kami di pihak kalian. Hanya saja kami hendak mengolok-olok kaum mukmin.’ Allah akan mengolok-olok mereka dan menelantarkan mereka dalam kedurhakaan, sedangkan mereka dalam keadaan bimbang”. (QS: Al-Baqarah: 14-15).

  1. Kemunafikan Muncul Di Madinah

Kemunafikan belum dikenal ketika Rasulullah dan para sahabat berada dimakkah, karena dimakkah yang dikenal adalah beriman, kafir dan musyirik, nanti kemunafikan dikenal ketika Rasulullah dan para sahabat hijrah ke madinah karena Rasulullah dan para sahabat hidup berdampingan dengan orang – orang yahudi.

2. Munafik Terbagi 2

Kemunafikan terbagi menjadi 2 yaitu Nifaq I’tiqadi dan Nifaq Amali, adapun kemunafikan dari sisi I’tiqadi (aqidah) ia mengeluarkan seseorang dari islam atau bahkan mungkin tidak pernah masuk islam disebabkan mereka pura – pura menampakkan keislaman akan tetapi menyembunyikan kebencian dan kekufuran, adapun Nifaq Amali sebagaimana disebutkandalam hadist Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, bahwasannya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاث إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَ إِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَ إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

“Tanda orang munafik itu tiga apabila ia berucap berdusta, jika membuat janji berdusta, dan jika dipercayai mengkhianati”. (HR Al-Bukhari, Kitab Iman, Bab Tanda-tanda Orang Munafik, no. 33 dan Muslim, Kitab Iman, Bab Penjelasan Sifat-Sifat Orang Munafik, no. 59).

Nifaq Amali tidak sampai pada taraf aqidah. Diantara sifat lain dari orang munafik adalah mereka bermalas malasan dalam mengerjakan sholat, dizaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam apabila diwaktu siang mereka mengerjakan sholat bersama dengan kaum muslimin namun ketika diwaktu malam karena gelap mereka enggan datang untuk mengerjakan sholat karena mereka tidak terlihat oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam termasuk dalam kemalasan dalam menunaikan sholat ini merupakan sifat orang munafik, Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا

Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali”. (QS. An Nisaa’: 142).

وَلَا يَأْتُونَ الصَّلَاةَ إِلَّا وَهُمْ كُسَالَى

Dan mereka tidaklah mengerjakan shalat melainkan dalam keadaan malas” (QS. At Taubah: 54).

Dalam Hadist Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ أَثْقَلَ صَلاَةٍ عَلَى الْمُنَافِقِينَ صَلاَةُ الْعِشَاءِ وَصَلاَةُ الْفَجْرِ وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا وَلَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آمُرَ بِالصَّلاَةِ فَتُقَامَ ثُمَّ آمُرَ رَجُلاً فَيُصَلِّىَ بِالنَّاسِ ثُمَّ أَنْطَلِقَ مَعِى بِرِجَالٍ مَعَهُمْ حُزَمٌ مِنْ حَطَبٍ إِلَى قَوْمٍ لاَ يَشْهَدُونَ الصَّلاَةَ فَأُحَرِّقَ عَلَيْهِمْ بُيُوتَهُمْ بِالنَّارِ

Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat Isya dan shalat Shubuh. Seandainya mereka tahu keutamaan yang ada dalam kedua shalat tersebut tentu mereka akan mendatanginya walau dengan merangkak. Sungguh aku bertekad untuk menyuruh orang melaksanakan shalat. Lalu shalat ditegakkan dan aku suruh ada yang mengimami orang-orang kala itu. Aku sendiri akan pergi bersama beberapa orang untuk membawa seikat kayu untuk membakar rumah orang yang tidak menghadiri shalat Jama’ah”. (HR. Bukhari no. 657 dan Muslim no. 651, dari Abu Hurairah).

Oleh karenanya ketika kita hendak mengerjakan sholat kemudian merasa malas maka berhati hatilah dan hendaklah banyak beristighfar kepada Allah Subhanahu  wata’ala, bersihkan hati kita dari sifat malas karena merupakan ciri kemunafikan.

3. Cara Menghukumi Orang Munafik

Kita menghukumi seseorang secara dzhahir (yang nampak dari dirinya) adapun batinnya kita kembalikan kepada Allah Subhanahu wata’ala dalam kisah tobatnya sahabat Ka’ab bin Malik, mereka orang – orang munafik yang tidak ikut berangkat jihad mereka menghadap kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mengungkapkan alasan dan udzur mereka, lalu Rasulullah menghukumi mereka secara dzahir dan beliau berkata kepada mereka:”Baik, udzur kalian saya terima dan semoga Allah mengampunkan kalian akan tetapi dihari kiamat biarlah Allah Subhanahu wata’ala menghisab kalian, saya hanya menghukumi apa yang nampak dari kalian, adapun hati – hati kalian saya kembalikan kepada Allah Subhanahu wata’ala.

Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

اسْتَغْفِرْ لَهُمْ أَوْ لَا تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ إِنْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ سَبْعِينَ مَرَّةً فَلَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَهُمْ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

“Kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (adalah sama saja). Kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali, namun Allah sekali-kali tidak akan memberi ampunan kepada mereka. Yang demikian itu adalah karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik”. (QS At Taubah : 80).

4. Keadaan Orang Munafik Pada Hari Kiamat 

Dihari kiamat nanti Allah Subhanahu wata’ala membedakan orang munafik = dengan orang – orang yang beriman. Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ بُشْرَاكُمُ الْيَوْمَ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (12) يَوْمَ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ لِلَّذِينَ آمَنُوا انْظُرُونَا نَقْتَبِسْ مِنْ نُورِكُمْ قِيلَ ارْجِعُوا وَرَاءَكُمْ فَالْتَمِسُوا نُورًا فَضُرِبَ بَيْنَهُمْ بِسُورٍ لَهُ بَابٌ بَاطِنُهُ فِيهِ الرَّحْمَةُ وَظَاهِرُهُ مِنْ قِبَلِهِ الْعَذَابُ (13) يُنَادُونَهُمْ أَلَمْ نَكُنْ مَعَكُمْ قَالُوا بَلَى وَلَكِنَّكُمْ فَتَنْتُمْ أَنْفُسَكُمْ وَتَرَبَّصْتُمْ وَارْتَبْتُمْ وَغَرَّتْكُمُ الْأَمَانِيُّ حَتَّى جَاءَ أَمْرُ اللَّهِ وَغَرَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ

(Yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (dikatakan kepada meraka), “Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar.”

Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman, “Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebagian dari cahayamu.” Dikatakan (kepada mereka), “Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu).” Lalu diadakan di antara mereka (yaitu orang mukmin dan orang muafik) dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya (yang menghadap orang mukmin) ada rahmat dan di sebelah luarnya (yang menghadap orang munafik) dari situ ada siksa (Mereka diperlakukan sebagaimana keadaan mereka dulu didunia ketika didalam batinnya mereka menyembunyikan kekufuran dan dzahirnya menampakkan keislaman maka di hari kiamat mereka diperlakukan demikian sebagai balasan dari keburukan mereka_penj).

Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mukmin) seraya berkata, “Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu?” Mereka menjawab, “Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah. Dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (setan) yang amat penipu”. (QS. Al-Hadiid : 12-14).

Ibnu Katsir Rahimahullah berkata ketika menjelaskan ayat di atas:

يَقُولُ تَعَالَى مُخْبَرًا عَنِ الْمُؤْمِنِينَ الْمُتَصَدِّقِينَ أَنَّهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ فِي عَرَصَاتِ الْقِيَامَةِ، بِحَسَبِ أَعْمَالِهِمْ كَمَا قَالَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى: يَسْعى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ قَالَ: عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ يَمُرُّونَ عَلَى الصِّرَاطِ، مِنْهُمْ مَنْ نُورُهُ مِثْلُ الْجَبَلِ، وَمِنْهُمْ مَنْ نُورُهُ مِثْلُ النَّخْلَةِ وَمِنْهُمْ مَنْ نُورُهُ مِثْلُ الرَّجُلِ الْقَائِمِ، وَأَدْنَاهُمْ نُورًا مَنْ نُورُهُ فِي إِبْهَامِهِ يَتَّقِدُ مَرَّةً ويطفأ مرة، وَرَوَاهُ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ وَابْنُ جَرِيرٍ

Allah Ta’ala mengabarkan tentang orang-orang yang beriman bahwasannya pada hari kiamat mereka memiliki cahaya yang bersinar di hadapan mereka sesuai dengan amal perbuatan mereka. Tentang firman Allah Ta’ala (yang artinya),’sedang cahaya mereka bersinar di hadapan mereka’, Abdullah bin Mas’ud berkata, ’Mereka melintasi shirath sesuai dengan amal perbuatan mereka. Di antara mereka ada yang memiliki cahaya sebesar gunung, ada yang memiliki cahaya seperti pohon kurma, dan ada pula yang memiliki cahaya seperti (setinggi) seorang laki-laki yang berdiri tegak. Orang yang paling rendah adalah yang memiliki cahaya pada ibu jari mereka, terkadang bersinar dan terkadang cahaya tersebut padam.’ Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Jarir”. (Tafsir Ibnu Katsir, 8/15).

Semoga Allah menyelamatkan kita dari sifat orang – orang munafik, dimana salah seorang sahabat diantara mereka ada yang mengatakan:”Saya berjumpa dengan banyak sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam setiap mereka khawatir akan sifat kemunafikan diantara mereka.

5. Ketakutan Umar Dengan Sifat Munafik

Bahkan Umar bin Khattab sampai datang kepada Huzaifah Ibnu Yaman Radhiyallahu ‘anhubeliau adalah pemegang rahasia dan kepercayaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan nama – nama orang munafik khusus pada Huzaifah Ibnu Yaman, maka dari itu Umar bin Khattab selalu datang kepada Huzaifah dan bertanya:”Ya Huzaifah, saya bersumpah atas nama Allah, saya minta kepadamu, tolong beritahu aku, apakah Nabi menyebut namaku termasuk orang – orang munafik”. kita tahu bahwasanya Umar bin Khattab adalah sahabat yang mulia yang takut jika namanya disebut oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai orang munafik.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berkata kepada Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘anhu:

Tidaklah engkau melewati suatu jalan atau lorong wahai Umar, melainkan syaithan melewati lorong yang lain”, Syaithan takut berjumpa dengan Umar Radhiyallahu ‘anhubeliau digelari dengan pembeda antara haq dan bathil yang menjadi khalifah setelah Rasulullah dan Abu Bakar Ash Shidiq Radhiyallahu ‘anhu namun beliau khawatir jangan sampai beliau termasuk orang – orang munafik.

Jika Umar Radhiyallahu ‘anhu begitu takutnya tentang kemunafikan bagaimana dengan diri – diri kita:“Ya Allah bersihkanlah hati – hati kami dari kemunafikan dan lisan – lisan kami dari kedustaan dan mata – mata kami dari khianat, engkau mengetahui mata – mata yang berkhianat bahkan engkau mengetahui isi – isi hati kami”, semoga Allah membersihkan hati hati kita insyaAllah.

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka”(QS. An Nisa: 145).Wallahu A’lam Bish Showaab



Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Selasa, 01 Syawal 1438 H

Fanspage : Harman Tajang

Kunjungi Media MIM:
Fans page: https://www.facebook.com/markaz.imam.malik.makassar/

Website : http://mim.or.id

Youtube : https://www.youtube.com/c/MimTvMakassar

Telegram : https://telegram.me/infokommim

Instagram : https://www.instagram.com/markaz_imam_malik/

ID LINE :  http://line.me/ti/p/%40nga7079p

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here