Kekuasaan itu Menggiurkan, Tetapi Semua akan Dimintai Pertanggungjawaban Dunia dan Akhirat

Ilustrasi palu sidang dan hukum/Istock

mim.or.id – Dalam hadist, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

كُلُّكُمْ ‌رَاعٍ ومسؤول عَنْ رَعِيَّتِهِ، فَالْإِمَامُ رَاعٍ ومسؤول عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالرَّجُلُ فِي أَهْلِهِ رَاعٍ وَهُوَ مسؤول عَنْ رَعِيَّتِهِ

Artinya:

“Setiap kalian adalah pemimpin dan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Maka seorang imam/khalifah adalah pemimpin dan (akan) ditanyai tentang yang dipimpinnya. Seorang laki-laki/suami adalah pemimpin dan (akan) ditanya tentang yang dipimpinnya…” (HR. Al-Bukhari).

Tetapi sayangnya, sejak dahulu, jabatan dan posisi sebagai pemimpin justru menjadi sebuah komoditas oleh banyak manusia. Ada syahwat yang begitu besar dan membara untuk merebut, mendapatkan dan menduduki posisi tersebut.

Posisi dan kedudukan seperti itu begitu menarik dan menggiurkan. Bukan hanya dalam posisi-posisi duniawi-seperti kepala negara, gubernur dan yang semacamnya-, tapi juga dalam posisi-posisi religius-seperti ketua atau pemimpin organisasi agama dan semacamnya-.

Baca Juga: Masalah Menumpuk?, Yakinlah Pertolongan-Nya Sudah Dekat

Bahkan, saking menggiurkannya posisi-posisi itu, sampai-sampai segala macam cara dan muslihat ditempuh dan dilakukan demi mendapatkannya. Padahal, posisi itu memang tampak berkilau dan menggiurkan saat memegangnya, namun ujungnya sudah pasti akan berujung penyesalan di Hari Akhir.

Kelak, pada Hari Kiamat, dalam pengadilan Allah, semua manusia yang pernah memegang posisi sebagai pemimpin pasti menyesal dan berharap: andai saja hidup dunia bisa diulang kembali, mereka takkan pernah mau memegang jabatan itu walau apapun yang ditawarkan.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى الإِمَارَةِ، وَسَتَكُونُ نَدَامَةً يَوْمَ القِيَامَةِ، فَنِعْمَ المُرْضِعَةُ وَبِئْسَتِ الفَاطِمَةُ (صحيح البخاري)

Artinya:

“Sungguh kalian akan sangat bernafsu mendapatkan (posisi) kepemimpinan itu, padahal itu akan menjadi sebuah penyesalan pada Hari Kiamat. Awalnya memang terasa menyenangkan, namun akhirnya (dipenuhi) dengan bencana!” (HR. Al-Bukhari).

Baca Juga: Pasti, Tak Sedikit Pun Kekafiran Seseorang Membahayakan ‘Kedudukan’ Allah Subhanahu Wata’ala.

Itulah sebabnya, manusia-manusia shaleh yang ditakdirkan menerima amanah sebagai pemimpin, kehidupannya selalu dipenuhi rasa sedih. Kenapa bersedih? Sedih karena membayangkan pertanggung-jawabannya di hadapan Allah Ta’ala.

Namun, jika dibandingkanlah dengan kenyataan kita hari ini, dimana segala macam cara dihalalkan untuk mendapatkan jabatan, lalu saat jabatan dan posisi itu didapatkan: segala macam cara pun digunakan untuk memperkaya diri dan kroninya masing-masing. 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here