Kemurnian Al-Qur’an terjaga Sepanjang Zaman

Al-Qur'an
Ilustrasi Al-Qur'an/Istock

Harmantajang.com – Al-Qur’an diturukan kedalam muka bumi ini sebagai petunjuk dan kemurnian Al-Qur’an terjaga sepanjang zaman dan hingga kehidupan di dunia ini berkahir.

Sesungguhnya Allah Benar-benar akan Menjaganya

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُون

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan adz-Dzikr (al-Qur’an), dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menjaganya“. (QS. Al-Hijr:9)

Diantara bentuk penjagaan Al-Qur’an adalah Allah menjadikan orang-orang yang menghafalkan kitabnya di dada mereka dengan berbagai riwayat bahkan dengan ijazah sanad dan tajwidnya, dengan matannya dan dengan syarahnya.

Ini merupakan bukti bagaimana Allah menjaga agamanya hingga akhir zaman. Dalam hadist ini Nabi menyebutkan ada orang yang menjadi hamba dinar, hamba dirham padahal semuanya adalah harta yang fana yang ada diunia ini.

Ia menjadi hamba rupiah, atau hamba dollar, hamba real sampai-sampai dia mengatakan:”Time is money”, semuanya berkutat untuk mengejar dunia beserta isinya, orang yang seperti ini kata Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang celaka.

Baca Juga: Beruntung, Mereka yang Berat Timbangan Kebaikannya (Tafsir Q.S Al-Mu’minun Ayat 102-103)

Karena seluruh waktunya, kebahagiaannya, kesedihannya, tawa, tangisannya, waktunya ia berikan untuk dunianya dan ia lupa terhadap akhiratnya, jadi ia mempersiapkan sesuatu yang tidak bisa dibawa ke kampung akhirat.

Celaka, Mereka yang Diperbudak Dunia!

Banyak orang yang diperbudak oleh dunia seperti model atau wanita yang mengoleksi semua jenis barang tertentu seperti sepatu dimana satu lemari penuh dengan sepatu, ada yang mengoleksi jam tangan yang bermerek.

Setiap ia berkunjung ke suatu negara pasti yang ia beli jam tangan, padahal semua jam menunjukkan waktu yang sama tidak lebih dan tidak kurang, ada yang mengoleksi semua jenis batu cincin, dll.

Orang-orang mengeluarkan harta yang banyak untuk itu, terkadang kita menemukan baju yang dijual di mall yang jenisnya sama yang dijual dipasar tapi harganya berlipat – lipat yang ada di mall padahal kualitasnya sama, karena gengsi dan penjualnya juga pandai ia mengatakan:

Sama kelihatan pak tapi beda mutunya”, padahal tidak ada bedanya, dst. Jika kita disibukkan dengan hal yang seperti ini sampai mengeluarkan harta yang berlebih apalagi ada yang sampai takalluf memberat – beratkan diri untuk itu ini adalah sesuatu yang sangat berbahaya.

Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam telah mencela orang yang diperbudak oleh dunia, jika dia mendapatkannya dia senang dan ridha dan jika dia tidak mendapatkannya dia murka dan tidak ridha.

Mencari Dunia Semata, itulah Orang-orang Munafik

Mereka berlomba mendapatkan dunia dan ini adalah sifat orang-orang munafik, sebagaimana yang Allah Subhanahu wata’ala sebutkan dalam Al-Qur’an:

Baca Juga: Mengambil Ibrah dari Kisah Khidir dan Musa

وَمِنْهُمْ مَنْ يَلْمِزُكَ فِي الصَّدَقَاتِ فَإِنْ أُعْطُوا مِنْهَا رَضُوا وَإِنْ لَمْ يُعْطَوْا مِنْهَا إِذَا هُمْ يَسْخَطُونَ

“Dan di antara mereka ada orang yang mencelamu tentang (distribusi) zakat; jika mereka diberi sebahagian dari padanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebahagian dari padanya, dengan serta merta mereka menjadi marah”. (QS. At-Taubah: 58).

Jadi orang munafik di zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dan masih ada sampai sekarang ini, jika ada orang yang beriman dengan harta yang sedikit yang ia infakkan mereka mengatakan:

Harta yang sedikit itu untuk apa tidak bisa beli apapun“, ini ciri orang munafik, tetapi jika orang berinfak dengan harta yang banyak mereka berkata:”Orang ini berinfak tidak lain karena untuk riya (mau dikata atau ingin mendapakan pujian) maka turun ayat diatas.

Sebagian sahabat ada yang tidak bisa bersedekah kecuali hasil keringat mereka atau membawa beberapa kurma lalu dibawa ke Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka mengatakan:

Ini tidak ada gunanya tidak mengenyangkan dan tidak menghilangkan dahaga“, padahal kita ini bermuamalah bukan dengan manusia tetapi kita bermuamalah dengan Allah Subhanahu wata’ala.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here