بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Abu Hurairah atau beliau adalah Abdurrahman bin Shakhr Al-Azdi (beliau adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadist dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam) berkat dari doa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dan kesungguhan beliau dalam menuntut ilmu padahal beliau hanya bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam kurang lebih 3 tahun beliau bermulazamah dan didoakan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau pernah mengadu kepada Rasulullah dengan mengatakan:
“Saya mendengar dari anda yang Rasulullah hadist yang banyak akan tetapi terkadang saya melupakannya.?, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian berkata:”Bentangkan selendangmu (ridha adalah pakaian bagian atas untuk menutupi punggung), beliau kemudian membentangkannya lalu didoakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian beliau melipatnya kembali“, kata Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu:”Setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mendoakanku maka saya tidak lagi melupakan apa yang saya dengar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam”.
Kesungguhan beliau didalam menuntut ilmu, beliau sendiri mengabarkan tentang dirinya ketika orang – orang muhjirin sibuk dengan perdagangannya dan orang – orang anshar sibuk dengan perkebunannya maka beliau sibuk bermulazamah dengan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam dan beliau termasuk ahlu suffah yang tinggal di masjid yang mengkhususkan diri untuk menuntut ilmu dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau senangtiasa mendampingi Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallambaik ketika dalam keadaan mukim maupun dalam keadaan safar, bahkan beliau pernah jatuh diantara mimbar Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam disebabkan karena beliau berada dalam keadaan puncak rasa lapar karena tidak ada sesuatu yang beliau dapatkan disebabkan kesibukan beliau dalam menuntut ilmu kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
مَنْ لَمْ يَذُقْ مُرَّ التَّعَلُّمِ سَاعَةً تَجَرَّعَ ذُلُّ الْجَهْلِ طُوْلَ حَيَاتِهِ وَ مَنْ فَاتَهُ التَّعْلِيْمُ وَقْتَ شَبَابِهِ فَكَبِّرْ عَلَيْهِ أَرْبَعًا لِوَفَاتِهِ
“Barangsiapa yang tidak pernah mencicipi pahitnya belajar, Maka dia akan meneguk hinanya kebodohan di sepanjang hidupnya, Barangsiapa yang tidak menuntut ilmu di masa muda Maka bertakbirlah empat kali, karena sungguh dirinya telah wafat”. (Diwan al Imam asy Syafi’i, Dar al Kutub al ’Ilmiyah).
Dalam menuntut ilmu haruslah dengan bersabar, ketika jauh dari kampung halaman atau keluarga dan orang – orang tercinta atau bahkan mungkin kita kekurangan atau kehabisan bekal karena kiriman terlambat atau ada masalah yang kita dapati dalam menuntut ilmu maka itulah semua yang pernah dilalui oleh para Salaf Rahimahullah ta’ala.
Salah seorang salaf pernah mengatakan:”Dulu saya terhina ketika saya menuntut ilmu adapun sekarang saya dimuliakan ketika orang – orang datang menuntut ilmu dariku”, mudah mudahan ini memberi motivasi kepada kita karena dengan menuntut ilmu Allah Subhanahu wata’ala mengangkat derajat seorang hamba seperti Abu Hurairah dan sahabat – sahabat yang lain dan Allah Subhanahu wata’ala menjelaskan didalam Al-Qur’an.
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan“.(QS. Mujadilah:11).
يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ
“Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)”.(QS. Al Baqarah:269).
Salah satu hadist yang diriwayatka:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ : إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَ أَمْوَالِكُمْ وَ لَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَ أَعْمَالِكُمْ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda:”Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian, juga tidak kepada harta kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian”. (Muslim dalam kitab Al Birr Wash Shilah Wal Adab, bab Tahrim Dzulmin Muslim Wa Khadzlihi Wa Ihtiqarihi Wa Damihi Wa ‘Irdhihi Wa Malihi, VIII/11, atau no. 2564 (33)).
Inilah yang menjadi standar ukuran kemuliaan seorang hamba disisi Allah Subhanahu wata’ala, bukan yang dilihat rupanya, wajahnya, parasnya, perawakannya, posturnya, strata sosialnya, harta benda yang ia miliki, pangkat dan jabatannya karena semua itu adalah perkara – perkara yang kita tidak ada pilihan didalamnya, kita lahir didunia ini tidak seperti masuk ke perguruan tinggi yang melalui proses mengisi formulir, dan menentukan jurusan, akan tetapi kita lahir didunia ini adalah atas takdir dan kehendak Allah Subhanahu wata’ala.
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. (QS. An Nahl :78).
Semuanya adalah keinginan Allah Subhanahu wata’ala oleh karenanya Allah Subhanahu wata’ala tidaklah kemudian dihari kiamat itu memuliakan seseorang dari rupa yang ia miliki, jadi Allah tidak melihat dari rupa dan jasad-jasad kita akan tetapi Allah memandang dari hati – hati kita dan amalan – amalan yang kita kerjakan.
Allah Subhanahu wata’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS. Al-Hujurat : 13). Hal ini merupakan fitrah dan ketetapan dari Allah Subhanahu wata’ala, Allah menciptakan kita dari adam dan hawa, kemudian berbangsa dan bersuku – suku namun yang paling mulia disisi Allah Subhahanhu wata’ala adalah yang paling bertakwa.
Salah seorang ulama pernah mengatakan:”Jika engkau mau melihat bagaimana Allah memuliakan dirimu maka lihatlah bagaimana Allah memudahkan untukmu untuk melakukan amalan – amalan sholeh dan jika engkau hendak melihat bagaimana Allah menghinakan dirimu maka lihatlah bagaimana engkau merasakan kelezatan ketika engkau bermaksiat kepada Allah Subhanahu wata’ala.Wallahu A’lam Bish Showaab
Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala (Direktur Markaz Imam Malik)
@Ahad, 20 Jumadil Akhir 1438 H
Fanspage : Harman Tajang
Kunjungi Media MIM:
Fans page: https://www.facebook.com/markaz.imam.malik.makassar/
Website : http://mim.or.id
Youtube : https://www.youtube.com/c/MimTvMakassar
Telegram : https://telegram.me/infokommim
Instagram : https://www.instagram.com/markaz_imam_malik/
ID LINE : http://line.me/ti/p/%40nga7079p