Kisah Seorang Imam Dengan Penumpang Perahu

0
455
A seagull rests on a stationary rowing boat off the coast of Aeroeskoebing, on the small Danish island of Aeroe August 30, 2012. With far fewer bureaucratic hurdles than its giant neighbour Germany, the island of 6.600 souls is fast becoming the Las Vegas of Europe for couples who want, or need, to tie the knot without delays. AFP PHOTO / JOHN MACDOUGALL

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Imam Asy-Syaukani Rahimahullah setelah beliau selesai menulis kitabnya, ia kemudian ingin mencetaknya dan memperbanyaknya dan ia membutuhkan seorang penulis yang memiliki tulisan yang bagus karena dizaman beliau belum ada percetakan, beliau kemudian dengar bahwasanya diseberang pulau ada seorang yang kaya raya sehingga beliau berniat untuk mendatanginya dengan membawa kitab yang telah selesai beliau tulis.

Beliau kemudian menyewa sebuah perahu, ketika ditengah perjalanan naiklah seorang penumpang yang lain dan penumpang tersebut bertanya kepada Imam Asy-Syaukani Rahimahullah:“Siapa anda”?, Imam Asy-Syaukani Rahimahullah menjawab:”Saya As Saukany” orang tersebut berkata:”Al Mufassir (Ulama Tafsir yang terkenal).?”, Imam Asy-Syaukani Rahimahullah menjawab:”Ia”, lelaki tersebut bertanya lagi:”Anda hendak mau kemana..?”, Imam Asy-Syaukani Rahimahullah menjawab:”Saya ingin menemui seorang dermawan yang kaya raya meminta tolong darinya untuk menuliskan karangan kitab yang baru saja saya selesaikan”.

Orang tersebut kemudian berkata lagi:”Baik ya Syaikh tapi ada sebuah pertanyaan saya !”, Imam Asy-Syaukani Rahimahullah berkata:”Apa itu.!”, ia berkata:”Anda seorang ulama tafsir, apa Tafsiran Allah Subhanahu wata’ala ”iyyaka na’buduwa iyyakanastaiin”.

Imam Asy-Syaukani Rahimahullah kemudian terhentak dan tersadarkan bahwa orang ini bukan sungguh sungguh bertanya, ia hanya mengingatkan Imam Asy-Syaukani Rahimahullah bahwasanya anda harus semata-mata bertawakkal dan meminta tolong hanya kepada Allah Subhanahu wata’ala, walaupun yang dilakukan oleh Imam Asy-Syaukani Rahimahullah tidak salah tapi orang tersebut hanya mengingatkan bahwa hendaknya sebelum ia meminta pertolongan kepada siapa pun dan dalam urusan sekecil apapun maka yang pertama kali ia lakukan adalah mengingat Allah Subhanahu wata’ala.

Akhirnya Imam Asy-Syaukani Rahimahullah faham bahwasanya orang tersebut menyindirnya, beliau kemudian berkata kepada pengemudi perahu ya fulan kembalikan saya, saya tidak jadi berangkat menemui orang yang saya maksud.

Akhirnya beliau kembali kerumahnya dan hanya berselang tiga hari datanglah seseorang mengetuk pintunya kemudian beliau buka pintu dan beliau melihat seorang lelaki, orang tersebut kemudian memperkenalkan diri lalu bertanya kepada Imam Asy-Syaukani Rahimahullah: “Saya mendengar dari tuan saya bahwasanya anda memiliki buku tafsir yang baru saja anda selesaikan“.

lalu ia kemudian hendak melihatnya akhirnya Imam Asy-Syaukani Rahimahullah memberikan kitabnya, maka dibawalah buku tersebut untuk kemudian dituliskan oleh seorang khattat (ahli menulis) kemudian bukunya tersebut diberi lapisan emas, ia mendapatkan lebih dari apa yang ia inginkan berkat tawakkalnya kepada Allah Subhanahu wata’ala dan dengan tawakkalnya tersebut Allah Subhanahu wata’ala mendatangkan utusan dari orang yang dimaksud oleh Subhanahu wata’ala yang ia hendak kunjungi pada waktu itu.

Allah Subhanahu wata’ala senantiasa memberikan jalan keluar kepada hambanya selama ia menggantungkan segala urusannya hanya semata – mata kepada Allah Subhanahu wata’ala, orang – orang sholeh ketika mereka dalam keadaan dan kondisi yang sangat genting yang pertama kali mereka ingat adalah Allah Subhanahu wata’ala, meminta pertolongan kepada Allah Subhanahu wata’ala.

Bahkan dalam sebagian riwayat Para salaf terdahulu ketika sandal mereka putus yang pertama kali ia ingat adalah Allah Subhanahu wata’ala begitupula ketika garam mereka habis didapur maka ia mengadu kepada Allah Subhanahu wata’ala terlebih dahulu.

Oleh karena itu sebagai seorang muslim hendaklah memperbanyak mengingat Allah Subhanahu wata’ala dalam setiap keadaan dan kondisi, meminta petunjuk dan pertolongan hanya kepada-Nya agar setiap kesulitan, kesusahan, masalah dan yang semisal dengannya Allah Subhanahu wata’ala memberikan kepada kita petunjuk dan jalan keluar dalam menghadapinya. karena ciri ibadurrahman adalah mereka tidak meminta kepada Allah Subhanahu wata’ala agar Allah Subhanahu wata’ala menghilangkan kesulitan, musibah dan cobaan yang ia hadapi akan tetapi yang mereka minta kepada Allah Subhanahu wata’ala adalah agar mereka diberi kekuatan, kemampuan serta kesabaran untuk menghadapi cobaan dan musibah yang ia hadapi.

Wallahu a’lam Bish Showaab 


Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Kamis, 04 Rajab 1440 H

Fanspage : Harman Tajang

Kunjungi Media MIM:
Fans page: https://www.facebook.com/markaz.imam.malik.makassar/

Website : http://mim.or.id

Youtube : https://www.youtube.com/c/MimTvMakassar

Telegram : https://telegram.me/infokommim

Instagram : https://www.instagram.com/markaz_imam_malik/

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here