Larangan Berhujjah dengan Takdir Sebelum Terjadi (Tafsir QS. Al-Mu’minun: 106)

Ilustrasi Al-Qur'an/Unplash

Harmantajang.com – Dalam Al-Qur’an, Allah

قَالُوا رَبَّنَا غَلَبَتْ عَلَيْنَا شِقْوَتُنَا وَكُنَّا قَوْمًا ضَالِّينَ

“Mereka berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan kami, dan adalah kami orang-orang yang sesat”. (QS. Al-Mu’minun: 106).

Kami sudah begini dan ditakdirkan menjadi orang yang celaka, tapi itu tidak ada artinya karena Allah memberikan akal, mengutus Rasul, menurunkan kitab kepada mereka.

Baca Juga: Kebaikan Seseorang akan Musnah karena Perbuatan ini!

Oleh karenanya tidak boleh berhujjah dengan takdir sebelum terjadi, jangan memvonis diri kita dengan berkata:”Saya memang begini”, ini tidak boleh bahkan kita harus mencari yang terbaik, adapun nanti ketika telah terjadi maka boleh berhujjah dengan takdir.

Tidak boleh misalnya belum melakukan keburukan lalu ia berkata:”Saya ditakdirkan untuk melakukan keburukan itu”.

Padahal belum ia lakukan, kecuali ketika ia sudah lakukan baru boleh dia mengatakan ini sudah takdir Allah maka setelah itu dia dituntut untuk bertaubat dari apa yang ia lakukan, Nabi Musa dan Nabi Adam diceritakan oleh Nabi pernah bertemu.

Nabi Musa berkata kepada Adam:”Wahai Adam, mengapa engkau memakan buah, sebab engkau makan buah kita semua ditempatkan di dunia semestinya kita di surga ?”, seakan dia menyalahkan Adam, Adam berkata:

Baca Juga: Dijauhkan dari Neraka dan Dimasukkan ke Surga Merupakan Keberuntungan yang Hakiki

“Apakah engkau menyalahkan aku pada sesuatu yang telah ditakdirkan oleh Allah”, Nabi Musa kemudian diam, Nabi berkata:”

Hujjahnya Nabi Musa dikalahkan oleh hujjahnya Nabi Adam”, jadi boleh berhujjah dengan takdir setelah terjadi adapun belum terjadi tidak boleh berhujjah dengan takdir.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here