Membaca Tanda-tanda Kebesaran Allah

Ilustrasi burung terbang
Ilustrasi burung terbang di sore hari/Istock

Harmantajang.com – Sebagai makhluk yang berakal, kita diperintahkan untuk membaca tanda-tanda di alam ini sebagai dan menjadi bagian kebesaran-Nya. Dalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ ۚ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah”. (QS. Fussilat: 37).

Kisah Seekor Burung Hud-hud

Seekor burung yang bernama hud-hud kisah yang Allah ceritakan dialam Al-Qur’an ketika Sulaiman berkata kepada pasukannya:”Mengapa hari ini saya tidak melihat hud – hud apa dia termasuk yang tidak hadir”.

Nabi Sulaiman mengancam dengan berkata:”Jika dia tidak datang dengan alasan yang benar maka saya akan membunuhnya atau menyiksanya“, oleh karenanya hukuman telah ada sejak zaman dahulu untuk penegakan kedisiplinan.

Baca Juga: Sampaikanlah Peringatan tentang Berita Hari Kiamat!

Burung hud-hud datang kepada Sulaiman dengan berkata:”Saya mendapati disebuah negeri Saba dikuasai oleh seorang wanita atau seorang ratu yang diberikan kekuasaan dan singgasana yang besar (sebagian riwayat ratu tersebut bernama Bilqis_Penj), saya mendapati dia bersama dengan kaumnya bersujud pada matahari”.

Kecemburuan burung hud-hud ia tidak mau melihat ada kesyirikan sehingga ia melapor kepada Nabi Sulaiman. Syaithan menghiasi apa yang mereka lakukan, beginilah kerjaan syaithan yaitu menghiasi kebathilan agar nampak indah. Mereka bersujud kepada matahari dianggap baik dan indah seperti akhir-akhir ini ada orang fasik mengatakan bahwa ini adalah sesuatu yang lumrah atau biasa.

Matahari Terbit dari Barat, Pertanda Akhir Zaman

Allah menjadikan matahari sebagai salah satu tanda akhir zaman yaitu ketika matahari diperintahkan oleh Allah Subhanahu wata’ala terbit dari tempat dimana dia terbenam yaitu kearah barat dan disitulah salah satu tanda kiamat besar dan matahari yang terbit dari barat merupakan tanda pintu taubat telah ditutup oleh Allah Subhanahu wata’ala. 

Allah juga bersumpah diawal surah Ad-Dhuha dan waktu dhuha terbagi menjadi 3 yaitu awal waktu, pertengahan waktu dan akhir waktu, adapun awal waktu ketika matahari terbit setinggi satu tombak atau sepenggalan yang merupakan waktu dibolehkan sholat dhuha.

Sebagian ulama ada yang mengatakan sholat isra adalah sholat dhuha yang didahulukan atau yang di kedepankan, ada yang pertengahan dan ada akhir waktu, adapun sholat dhuha yang dikerjakan diakhir waktu sebagaimana kata Nabi:

صلاةُ الأوَّابينَ حين تَرمَضُ الفِصَالُ

“Shalat awwabin adalah ketika anak unta merasakan terik matahari”. (HR. Muslim no. 748).

Baca Juga: Peringatan Tentang Hamba-hamba yang Celaka

Jika dihitung secara jam kira-kira pukul 11 keatas dan 15 menit sebelum masuk waktu dhuhur ini yang paling afdhal untuk mengerjakan sholat dhuha tetapi jika kita khawatir jangan sampai luput maka waktunya panjang dan ini diantara salah satu sholat dimana kita mengikrarkan rasa syukur kita kepada Allah Subhanahu wata’ala.

Walaupun sholat dhuha hukumnya sunnah dilakukan sebagaimana kata para ulama:”Dikerjakan dan jika bisa dirutinkan Alhamdulillah, tetapi sekali-sekali ditinggalkan juga tidak mengapa”.

Ini adalah sholat bagi orang yang awwabin (orang yang senantiasa kembali dan tidak dilalaikan dengan aktifitasnya untuk senantiasa ingat kepada Allah Subhanahu wata’ala.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here