Harmantajang.com – Pembahasan kisah ini mengingatkan kita tentang hari ketika Allah Subhanahu wata’ala membinasakan salah seorang yang pernah mengaku diri sebagai tuhan di dunia yang bernama Fir’aun sebagaimana perkataannya yang diabadikan di dalam Al-Qur’an:
فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَى
Fir’aun berkata:”Aku adalah rabb kalian yang paling tinggi”. (QS: An Nazi’at ayat 24).
Fir’aun manusia yang paling kurang ajar karena berani memproklamirkan diri sebagai tuhan, walaupun dia berkuasa di zamannya atau menjadi seorang raja namun hari ini ketika disebut namanya maka yang kita ingat adalah keburukan.
Tidak ada orang yang mau memberi anaknya dengan nama Fir’aun padahal dia menguasai kota Mesir dengan bala tentaranya yang kuat, Allah berfirman:
وَفِرْعَوْنَ ذِي الْأَوْتَادِ
“Dan kaum Fir’aun yang mempunyai pasak-pasak (tentara yang banyak)”. (QS. Al-Fajr ayat 10). Sekuat apapun kedzaliman akhirnya adalah kehinaan.
Jadi kedzaliman walaupun mungkin terlihat lama maka pada kahirnya akan hancur karena Allah tidak pernah lalai, boleh jadi Allah mengulurnya, ibarantnya seperti orang yang memancing ikan talinya diulur-ulur dan pas ketika dia sudah diambil maka dia tidak bisa lepas dan lari.
Baca Juga: Allah Bersumpah dengan Buah Tin dan Buah Zaitun (Tafsir Q.S At-Tin Ayat 1)
Surah Al-Kahfi kita diperintah untuk membacanya dengan tadabbur mengapa perlu mentadabburi surah ini karena Allah Subhanahu wata’ala memperingatkan kita di dalamnya akan fitnah yang berbahaya, fitnah yang dimaksud disini bukan tuduhan akan tetapi ujian.
Berikut ada 3 pelajaran yang bisa kita petik:
Pertama: fitnah memperjuangkan agama yang mulia ini
Makanya diawal surah Allah menceritakan kisah ashabul kahfi yang mempertahankan keyakinannya, prinsipnya, agamanya, keistiqamahannya, mereka rela mengasingkan diri sampai bersembunyi dalam sebuah gua dan ini terjadi pada setiap zaman.
Oleh karenannya memperjuangkan agama yang mulia ini bukanlah sesuatu yang mudah tetapi membutuhkan perjuangan, dalam kalangan keluarga kita biasa mendapatkan tantangan yang berat tetapi itu harus kita lalui karena Allah.
Kedua: fitnah harta
Kisahnya diceritakan di dalam surah Al-Kahfi yaitu fitnah seorang lelaki yang diberi oleh Allah Subhanahu wata’ala 2 kebun dan dia tertipu dengan hartanya sampai-sampai dia mengatakan:
”Saya melihat tidak mungkin lagi saya jatuh miskin, tidak mungkin lagi hartaku akan berkurang“, ini fitnah harta olehnya Allah mengisahkan dalam surah ini agar kita berhati-hati.
Hidup ini seperti roda terkadang diatas dan terkadang dibawah adapun ketika kita diatas jangan lupa diri karena dalam sekejab Allah bisa mencabutnya apalagi jika tidak disyukuri, oleh karenanya orang beriman prinsipnya di dalam menghadapi harta dia memiliki kezuhudan, pertanyaan:
“Bisakah orang kaya dikatakan zuhud”, jawabannya:” Bisa”, kapan itu? Imam Ahmad berkata:”Ketika ia tidak terlalu bergembira dan tertipu dengan apa yang ia miliki dan pada giliran Allah mengambilnya ia tidak terlalu bersedih karena dia sadar bahwa itu hanyalah titipan dari Allah Subhanahu wata’ala.
Baca Juga: Merugi, Tidak Dibukakan Bagi Mereka (Orang-orang Kafir) Pintu-pintu Langit
Allah mengingatkan kita:
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”. (QS. Al-Kahfi: 46).
Ketiga: Fitnah ilmu
Menuntut ilmu banyak ujiannya bahkan ketika kita menjadi ustadz, atau menjadi seorang ‘alim atau minimal menjadi khudwah yang dikenal dan di ikuti oleh orang, jadi semuanya terkontrol, yang pertama terkontrol dari Allah kemudian dari manusia,
Oleh karenanya mengapa dikatakan:”Orang yang paling zuhud dengan ilmunya adalah dirinya sendiri dan keluarganya“, karena dia tahu bagaimana kondisi orang ini, dia juga manusia biasa dan ia bersamanya selama 24 jam.