Harmantajang.com – Seperti diketahui, sifat riya merupakan perbuatan menunjukkan atau memperlihatkan amal atau kebaikan kepada orang lain dengan niat untuk mendapatkan pujian, penghargaan, atau status sosial.
Dalam konteks agama, khususnya dalam Islam, riya dianggap sebagai salah satu bentuk kemunafikan yang dapat mengurangi atau bahkan menghapus pahala dari amal yang dilakukan.
Olehnya, setelah kita mengetahui bahwasanya ini adalah penyakit yang berbahaya maka kita tidak boleh pasrah dan mengalah kita harus melawannya. Berikut beberapa ikhtiar yang bisa dilakukan agar terhindar dari riya:
1. Perbanyak Doa
Diantara cara melawannya yaitu dengan perbanyak doa agar Allah menyelamatkan kita dari penyakit riya, Nabi mengajarkan kepada kita sebuah doa yaitu doa agar terhindar dari kesyirikan dan riya:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ أَعْلَمُ
“Yaa Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepada Mu dari berbuat kesyirikan ketika aku mengetahuinya dan aku memohon ampunan Mu ketika aku tidak mengetahuinya”. (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad).
2. Pahami Riya Membuat Rugi
Kita mengetahui bahwasanya kita akan rugi sendiri dan tidak ada nilainya amalan yang kita kerjakan sebanyak apapun amalan yang kita kerjakan, zakat yang kita keluarkan, umrah yang kita tunaikan, sholat yang kita kerjakan.
Kita mengumpulkam harta kemudian menunggu antrian yang panjang ketika dari tanah suci hanya untuk mendapatkan gelar haji bahkan marah ketika tidak dipanggil pak haji, jangan sampai pengorbanan kita itu sia-sia dan tidak ada nilainya disisi Allah Subhanahu wata’ala.
Baca Juga: Membaca Surah Al-Kahfi di Hari Jum’at namun Mengikuti Murattal, Apa Boleh? (Q & A Part 27)
3. Ingat, Keridhaan dan Kepuasan Manusia Tidak Mungkin Kita Capai
Bagaimanapun kita berusaha untuk mencapainya maka mustahil bisa kita capai, oleh karenanya carilah keridhaan Allah, jangan meninggalkan sebuah amalan karena celaan dan ejekan kemudian jangan menjadi sombong dengan pujian, disebutkan oleh Hasan Al Basri:
”Orang yang ikhlas dalam mengerjakan amalan untuk tuhannya seperti orang yang berjalan diatas pasir bekasnya dapat dilihat namun suaranya tidak didengar”.
Kata ‘Aisyah ketika memberikan nasehat kepada Muawiyah Radhiyallahu ‘anhu:”Siapa yang mencari keridhaan Allah dengan mendapatkan kemurkaan manusia (misalnya kita mau menjalankan apa yang diinginkan oleh Allah tapi manusia tidak senang_Penj), beliau berkata:”
Allah akan ridho kepadanya dan seiring dengan perjalanan waktu Allah menjadikan manusia juga ridha kepada dia”, sebaliknya siapa yang mencari keridhaan manusia dengan mendapatkan kemurkaan dari Allah maka Allah akan murka kepadanya dan seiring dengan perjalanan waktu manusia juga murka kepada dia bahkan dari orang yang cari muka dari dia”.
Baca Juga: Jangan Tertipu dengan Harta yang Dimiliki, Sebab Semua itu Titipan
Ini hanya masalah waktu dan ini sudah sunnatullah, jadi carilah keridhaan Allah Subhahahu wata’ala bukan keridhaan manusia.
4. Berusahalah untuk Selalu Menyembunyikan Amalan
Terutama amalan yang tidak perlu untuk ditampakkan, adapun amalan yang harus ditampakkan kita berusaha menjaga amalan itu dari riya tapi amalan-amalan yang bisa disembunyikan sembunyikanlah seperti amalan-amalan nafilah, amalan-amalan sunnah.
Olehnya Nabi menyebutkan dalam hadist:
إِنَّ أَفْضَلَ الصَّلاَةِ صَلاَةُ الْمَرْءِ فِى بَيْتِهِ إِلاَّ الْمَكْتُوبَةَ
“Sesungguhnya shalat seseorang yang paling afdhal adalah shalat yang dikerjakan di rumahnya, kecuali shalat wajib“. (HR. Bukhari 731, Muslim 1861 dan yang lainnya).