Merasa Kehilangan Lezatnya Beribadah? Ini Penyebabnya

Ilustrasi seorang sedang di masjid/Unsplash

Harmantajang.com – Dalam diri seseorang akan disifati dengan nafsu mutmainnah dimana dia senang dan cinta untuk mengerjakan kebaikan dan amalan sholeh.

Dengannya kita menjadi orang yang benci terhadap keburukan dan dosa. Diantara salah satu doa yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sebagai berikut:

اللهُمَّ آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا، اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ، وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ، وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ، وَمِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَهَا

“Ya Allah karuniakan ketakwaan pada jiwaku. Sucikanlah ia, sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik yang mensucikannya, Engkau-lah Yang Menjaga serta Melindunginya. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari Ilmu yang tidak manfaat, hati yang tidak khusyu, dan doa yang tidak diijabahi”. (HR. Muslim 2722).

Namun, jika kita tidak lagi menemukan lezatnya ibadah maka adukan kepada Allah Subhanahu wata’ala mengapa kita sekarang tidak merasakan kelezatan ibadah itu.

Seperti yang pernah kita rasakan sejak pertama kali kita mendapatkan hidayah. Namun, mengapa mudahnya kita terjatuh dalam kemaksiatan bahkan merasa lezat dengan maksiat tersebut.

Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ ۚ لَوْ يُطِيعُكُمْ فِي كَثِيرٍ مِنَ الْأَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ

“Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu “cinta” kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus”. (QS. Al-Hujarat : 7).

Ayat diatas menunjukkan bahwasanya ketika manusia didalam dirinya dihiasi dengan nafsu mutmainnah maka ia akan cenderung cinta kepada keimanan.

Sehingga keimanan tersebut menjadi lezat dalam hatinya dan benci kepada kekufuran, kefasikan, dan kedurhakaan. 

Adapun jika didalam dirinya dihiasi dengan nafsu amarah maka kecenderungan akan benci kepada keimanan dan menjadikan keimanan yang dia benci tersebut lezat dalam hatinya.

Sebab hati yang gelap dan kotor dengan berbagai dosa dan maksiat yang dia kerjakan, kemudian dia akan cinta kepada kekufuran, kefasikan, dan kedurhakaan, naudzubillahi mindzalik.

Semoga Allah Subhanahu wata’ala menghiasi diri kita dengan nafsu mutmainnah yang senantiasa mengajak kepada kebaikan serta ketawaan kepada Allah Subhanahu wata’ala.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here