Harmantajang.com – Iman merupakan perkataan dengan lidah, keyakinan didalam hati dan diaplikasikan dengan anggota tubuh. Iman dapat bertambah dengan ketaatan kepada Allah dan berkurang dengan ketaatan kepada syaithan.
Allah Subhanahu wata’ala berfirman:
إِنَّمَا يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا الَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِهَا خَرُّوا سُجَّدًا وَسَبَّحُوا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ
“Sesungguhnya orang yang benar-benar percaya kepada ayat-ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong”. (QS. As -Sajadah: 15).
Dalam satu ayat ini terkumpul 3 rukun iman yaitu perkataan, perbuatan dan keyakinan. Pada potongan ayat ‘Sesungguhnya orang yang benar-benar percaya kepada ayat-ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat itu mereka segera bersujud’ (amal perbuatan).
Kemudian kalimat ‘seraya bertasbih dan memuji Rabbnya’ (amalan lisan), dan ‘lagi pula mereka tidaklah sombong’ (ini amalan hati) sebagaimana yang disebutkan oleh Nabi dalam hadistnya.
Dalam hadits dari Abu Hurairah disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ
“Iman itu ada 70 atau 60 sekian cabang. Yang paling tinggi adalah perkataan ‘laa ilaha illallah’ (tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah), yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalanan, dan sifat malu merupakan bagian dari iman.” (HR. Bukhari no. 9 dan Muslim no. 35).
Kita menyingkirkan duri dijalan karena merupakan perintah dari Allah Subhanahu wata’ala maka dengannya kita mendapatkan pahala.
Tak hanya itu, rasa malu juga bagian dari keimanan. Jadi iman yang paling tinggi disisi Allah Subhanahu wata’ala bukan hanya diucapkan sebagaimana perkataan Imam Hasan Al Basri:
”Keimanan itu bukan sekedar angan-angan dan bukan sekedar embel-embel belaka tapi apa yang terpatri didalam hati dan dibuktikan dengan amalan”.
Kemudian kata Nabi: ”Jihad dijalannya”. Jika disebutkan kata-kata jihad di dalam Al-Qur’an dan didalam hadist maka yang dimaksudkan adalah memerangi orang-orang kafir untuk meninggikan agama Allah Subhanahu wata’ala.