Ridha Allah Bergantung pada Ridha Orang Tua

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dari Abdullah bin ’Amru Radhiallahu ‘anhuma, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ

Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua”. (Hasan. at-Tirmidzi : 1899,  HR. al-Hakim : 7249, ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabiir : 14368, al-Bazzar : 2394)

Hadist ini menunjukkan keutamaan berbakti kepada kedua orang tua yang mana amalan tersebut merupakan jalan menuju surga, salah seorang salaf ketika ibunya meninggal ia menangis dan bersedih ketika diingatkan agar dia bersabar, ia berkata:”Saya bersedih bukan berarti saya tidak ridho dengan takdir Allah tetapi saya bersedih bahwasanya dengan kematian ibu saya telah tertutup bagiku satu pintu dari pintu-pintu surga“, apalagi jika orang tua kita masuk dalam usia senja atau sudah pikun, tidak mampu untuk merawat dirinya sendiri dan tidak bisa mengontrol dirinya ketika buang air besar maka disinilah ujian seorang anak dalam bakti kepada kedua orang tuanya, namun disini ada pahala yang besar disiapkan oleh Allah Subhanahu wata’ala, sebaliknya barangsiapa yang durhaka kepada kedua orang tuanya maka Allah murka dan durhaka kepadanya. Diantara dosa yang dipercepat hukumannya di dunia sebelum di akhirat adalah durhaka kepada kedua orang tua.

Disebutkan dalam sebuah buku sirah bahwasanya ada seorang lelaki tua dibawa oleh anaknya disebuah gurun dan ternyata anaknya berkehendak untuk membunuh ayahnya tersebut, ayahnya bertanya:”Wahai anakku mengapa engkau hendak membunuhku”, ia berkata:”Saya telah letih merawatmu wahai bapakku”, ayahnya kemudian berkata:”Jika engkau memang terpaksa ingin membunuhku maka bunuhlah aku dibatu yang ada disebelah sana (sambil menununjuk sebuah tempat)“, Anaknya bertanya:”Mengapa.?”, ayahnya berkata:”Karena dulu disana aku membunuh kakekmu”, olehnya siapa yang durhaka kepada orang tuanya maka tungguhlah anaknya pun kelak akan durhaka kepadanya dan barangsiapa yang memuliakan orang tuanya maka kelak ia akan dimuliakan oleh anak-anaknya, balasan sesuai dengan amalan yang kita kerjakan, berbakti kepada kedua orang tua terutama kepada ibu menghapuskan dosa – dosa bahkan dosa besar, salah seorang lelaki pernah datang kepada Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu untuk meminta fatwa, ia berkata:”Saya pernah membunuh seorang wanita, saya jatuh cinta kepadanya kemudian saya datang melamarnya namun lamaran saya ditolak, ketika ia dipinang oleh lelaki lain ia menerimanya, saya marah kepadanya dan saya terbawa emosi kemudian membunuhnya, apakah masih ada peluang dosa saya diampuni oleh Allah“, Ibnu Abbas bertanya:”Apakah ibumu masih hidup”, ia berkata:”Sudah meninggal”, Ibnu Abbas berkata:”Jika demikian bertaubatlah dengan sebenar – benarnya kepada Allah dan perbanyaklah amalan sholeh yang lain”, ketika orang ini pergi murid Ibnu Abbas bertanya:”Mengapa anda bertanya tentang ibunya.?”, Ibnu Abbas berkata:”Karena saya tidak melihat ada amalan yang paling mulia disisi Allah dan menghapuskan dosa – dosa melebihi berbakti kepada kedua orang tua terutama kepada ibu”, semoga Allah Subhanahu wata’ala menjadikan kita semua orang – orang yang senangtiasa berbakti kepada kedua orang tuanya insyaAllah, berbakti kepada kedua orang tua tidak sebatas ketika mereka masih hidup juga ketika ia telah meninggal dunia kita masih bisa berbakti kepada mereka dengan cara mendoakan keduanya, sebagaimana perintah Allah didalam Al-Qur’an:

“Wa Qul Rabbir Hamhuma Kama Rabbayani Shaghirra”. Ini akan sampai sebagaimana dalam hadist, Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh”. (HR. Muslim no. 1631).

Wahai para orang tua didiklah anak kita menjadi anak-anak sholeh karena ia akan menjadi investasi akhirat bagi kita tatkala mereka senantiasa mendoakan kita, tidak semua doa diterima oleh Allah, adapun doa anak sholeh dikabulkan oleh Allah Subhanahu wata’ala, doa memiliki banyak penghalang yang berasal dari anak yang tidak sholeh seperti ia makan makanan yang haram doanya tidak akan diterima disisi Allah Subhanahu wata’ala, oleh karena itu didik sejak dini anak – anak kita dengan Al-Qur’an, dengan akhlak, perkenalkan mereka dengan tuhannya, dengan ibadah, agama, cinta kepada Nabinya, cinta kepada agamanya, insyaAllah ketika kita meninggal merekalah yang akan mendoakan kita.

Seseorang dapat berbakti kepada kedua orang tuanya yang telah meninggal dunia dengan cara bersedekah atas namanya, amalan ini akan sampai kepadanya atau kita menghajikan dan mengumrahkan orang tua kita yang telah meninggal tetapi dengan syarat kita telah pernah menunaikan haji dan umrah sebelumnya, ketika Rasulullah melakukan ibadah haji ada yang berteriak dan berkata:”Aku mewakili panggilanmu ya Allah, mewakili shuhruma”, Rasulullah bertanya:”Siapa itu Shuhruma.?”, dia menjawab:”Dia adalah keluargaku”, Nabi kemudian berkata:”Apakah engkau sudah pernah berhaji“, ia berkata:”Belum Ya Rasulullah”,  Rasulullah berkata:”Hajikan dulu dirimu kemudian hajikan shuhruma”, ini menunjukkan kebolehannya, contoh yang lain mendirikan masjid, pondok pesantren, pondok penghafal Al-Qur’an dan seterusnya, juga termasuk menyambung tali silaturrahim dengan orang – orang yang selama hidup orang tua ia senang kepada mereka terutama yang masih ada hubungan kekerabatan seperti saudara bapak, ibu, paman, bibi, dll kita menyambung tali silaturrahim dengan mereka.

Jika selama orang tua kita hidup,  misalkan kita rutin setiap bulannya mengirimkan uang sebatas kemampuan kita kepada kedua orang tua kita dengan tujuan berbakti kepadanya, ketika orang tua kita meninggal dunia jangan terputus kiriman tersebut tetapi alihkan kepada kerabat yang kurang mampu atau sedekahkan kepada fakir miskin atas nama orang tua kita, insyaAllah akan dinikmati oleh orang tua kita didalam kuburnya, kemudian yang lain adalah senantiasa memintakan ampun kepada mereka sebagaimana dalam hadist disebutkan seorang lelaki melihat amalan sebesar gunung dan ia merasa tidak pernah mengerjakan amalan itu maka dikatakan kepadanya:“Ini adalah permohanan ampun anakmu untukmu”.

Wallahu a’lam Bish Showaab 

Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala (Direktur Markaz Imam Malik)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here