Harmantajang.com – Allah Subhanahu wata’ala berfirman:
إِلَّا مَا شَآءَ اللَّـهُ ۚ إِنَّهٗ يَعْلَمُ الْجَهْرَ وَمَا يَخْفَىٰ
“Kecuali jika Allah menghendaki. Sungguh, Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi”. (QS. Al-A’la: 07).
Ayat diatas menunjukkan tentang adanya di dalam syariat yang disebut dengan nasikh artinya penggantian atau penghapusan syariat, Allah Subhanahu wata’ala berfirman:
مَا نَنْسَخْ مِنْ آيَةٍ أَوْ نُنْسِهَا نَأْتِ بِخَيْرٍ مِنْهَا أَوْ مِثْلِهَا ۗ أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu?”.(QS. Al-Baqarah: 106).
Baca Juga: Kelak Bumi Mengeluarkan Beban-beban yang Dikandungnya
Allah mendatangkan yang lebih baik atau yang semisal dengannya, dalam ulumul Qur’an dipelajari tentang nasikh atau penghapusan, ada nasikh tilawah dan hukum yaitu ketika Allah menghapuskan tilawah di dalam Al-Qur’an beserta dengan hukumnya.
Sebagaimana hadits Aisyah Radhiallahu ’anha berkata:
كَانَ فِيمَا أُنْزِلَ مِنْ الْقُرْآنِ عَشْرُ رَضَعَاتٍ مَعْلُومَاتٍ يُحَرِّمْنَ ، ثُمَّ نُسِخْنَ بِخَمْسٍ مَعْلُومَاتٍ (رواه مسلم رقم
“Di antara ayat yang diturunkan dalam Al-Qur’an adalah sepuluh kali susuan yang diketahui dapat (menjadi) mahram. Kemudian dinasakh (dihapus) menjadi lima (susuan) yang diketahui”.(HR. Muslim, no. 1452).
Ada pula yang disebut dangan nasikh tilawah dimana nash tilawahnya yang dihapuskan tetapi hukumnya tetap ada sampai sekarang seperti firman Allah Subhanahu wata’ala:
Allah Subhanahu wata’ala mengetahui yang nampak dan yang tesembunyi, sampai Allah mengetahui apa yang ada di dalam dada-dada manusia. Pernah seseorang datang bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, ia berkata:
Baca Juga: Tidak Sedikitpun yang Tersembunyi oleh Allah, Baik di Langit Maupun Bumi
”Ya Rasulullah saya ingin bekata sesuatu kepada anda”, Rasulullah menjawab:”Silahkan engkau tanyakan dan jika engkau mau saya memberitahkan kepadamu apa yang engkau mau tanyakan”.
Ini menunjukkan bahwa beliau mendapatkan wahyu dari Allah, nanti ketika datang wahyu baru beliau mengetahui yang ghaib adapun ketika tidak datang wahyu beliau tidak mengatahui yang ghaib.
Jadi jangan mengira bahwasanya Nabi mengetahui yang ghaib, tidak ada Nabi yang mengetahui perkara yang ghaib, Rasulullah bersabda:”Andaikan saya mengetahui perkara yang ghaib saya akan memperbanyak kebaikan dan tidak ada keburukan yang menimpa saya”.