Syarah Hadist Kisah Ashabul Ukhdud (Sesi 1)

0
506

 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dari Shuhaib Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :“Pada zaman dahulu ada seorang raja yang mempunyai seorang tukang sihir. Ketika tukang sihir itu sudah lanjut usia, ia berkata kepada rajanya:“Sesungguhnya saya sekarang sudah lanjut usia. Oleh karena itu, perkenankanlah saya meminta kepada tuan untuk mengirimkan seorang pemuda dan saya akan mengajarinya ilmu sihir”. Raja itupun mengirimkan seorang pemuda untuk belajar ilmu sihir. Akan tetapi di tengah perjalanan ke tempat tukang sihir, ia bertemu dengan seorang pendeta (Pada masa itu, yang dimaksud dengan kata Ar-rahib atau pendeta, adalah pendeta yang masih kuat memegang ajaran Tauhid dan menyembah Allah Subhanhu wata’ala), kemudian pemuda itu berhenti untuk mendengarkan apa yang disampaikan oleh pendeta itu, oleh karena itu, ia terlambat datang ke tempat tukang sihir.

Ketika pemuda itu sampai ke tempat tukang sihir, maka pemuda itu dipukul. Kemudian ia mengadukan kepada pendeta, dan si pendeta itu berkata :“Apabila kamu takut terhadap tukang sihir itu, maka katakanlah bahwa keluargamu menahanmu, dan apabila kamu takut terhadap keluargamu maka katakanlah bahwa tukang sihir itu menahanmu”. Suatu hari ketika dalam perjalanan, dijumpai di tengah jalan seekor binatang yang sangat besar, sehingga orang-orang tidak berani meneruskan perjalanan. Pada saat itulah si pemuda berkata :“Nah, hari ini aku akan mengetahui tukang sihirkah yang lebih utama ataukah pendeta ?”, Pemuda itu mengambil batu seraya berkata :“Ya Allah, apabila ajaran pendeta itu lebih Engkau sukai maka matikanlah binatang yang sangat besar itu agar orangpun dapat meneruskan perjalanannya”. Kemudian ia lemparkan batu itu, dan matilah binatang itu, sehingga orang-orangpun dapat melanjutkan perjalanannya. Ia lalu mendatangi pendeta itu dan menceritakan apa yang baru saja terjadi.

Pendeta itu berkata :“Wahai anakku, kamu sekarang lebih utama dari saya karena kamu telah menguasai segala yang aku ketahui, dan ketahuilah, kamu nanti akan mendapat ujian ; tetapi ingatlah, apabila kamu diuji, janganlah kamu menyebut- nyebut namaku”.

Setelah itu pemuda tadi dapat menyembuhkan orang buta, penyakit belang, dan berbagai jenis penyakit lain. Tersebarlah berita, bahwa kawan raja sakit mata hingga buta dan sudah diusahakan ke mana-mana tetapi belum juga sembuh. Kemudian datanglah ia kepada pemuda itu dengan membawa beraneka macam hadiah dan berkata:“Seandainya kamu dapat menyembuhkan saya, akan saya penuhi semua permintaanmu”. Pemuda itu menjawab :“Sesungguhnya saya tidak bisa menyembuhkan seseorang, tetapi yang menyembuhkan adalah Allah Ta’ala. Apabila engkau beriman kepada Allah Ta’ala niscaya saya akan berdo’a kepada-Nya agar menyembuhkan penyakitmu”.

Maka berimanlah orang itu kepada Allah Ta’ala dan sembuhlah penyakitnya. Orang itu datang ke tempat sang raja dan duduk bersama sebagaimana biasanya, kemudian sang raja bertanya kepadanya: “Siapakah yang menyembuhkan matamu itu ?”, Ia menjawab : “Tuhanku”. Sang raja berkata :“Apakah kamu mempunyai Tuhan selain aku ?”, Ia menjawab :“Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah”. Maka raja itu langsung menyiksanya sehingga orang itu menunjuk kepada pemuda tadi. Maka dipanggillah pemuda itu dan berkatalah sang raja kepadanya :“Hai anakku, sihirmu sangat ampuh sehingga dapat menyembuhkan orang buta, penyakit belang dan kamu bisa berbuat ini dan itu”. Pemuda itu menjawab:“Sesungguhnnya yang bisa menyembuhkan hanya Allah Ta’ala”. Maka disiksalah pemuda itu sehingga ia menunjuk kepada sang pendeta, maka dipangillah pendeta itu. Raja itupun berkata kepadanya :”Kembalilah kamu kepada agamamu semula”. Tetapi pendeta itu tidak mau, kemudian raja itu menyuruh untuk menggergajinya dari atas kepala, sehingga badannya terbelah dua. Kemudian dipanggilah kawan raja itu dan dikatakan kepadanya :“Kembalilah pada agamamu semula”. Tetapi orang itu tidak mau, ia pun digergaji dari atas kepala sampai badannya terbelah dua. Kemudian dipanggillah pemuda itu. Raja itu kemudian berkata :“Kembalilah pada agamamu semula”. Tetapi pemuda itu menolak, kemudian ia diserahkan kepada pasukan dan memerintahkan untuk membawanya ke suatu gunung. Ketika sampai di puncak gunung, paksalah supaya kembali kepada agamanya semula. Bila tidak, lemparkan ia dari atas gunung biar mati.

Pasukan itu pun membawa pemuda tadi ke puncak gunung, dan di sana pemuda itu berdo’a : “Ya Allah, hindarkan saya dari kejahatan mereka sesuai dengan apa yang Engkau kehendaki”. Kemudian bergoncanglah gunung itu sehingga pasukan tadi bergulingan dari atas gunung. Pemuda itu mendatanginya, dan sang raja bertanya keheranan :“Apa yang diperbuat oleh pasukan itu ?”. Pemuda itu menjawab:“Allah Ta’ala telah menghindarkan saya dari kejahatan mereka”. Pemuda itu ditangkapnya dan diserahkan kembali kepada sekelompok pasukan yang lain, untuk membawa pemuda itu naik kapal, untuk menenggelamkan di tengah lautan. Pasukan itu membawanya naik kapal, kemudian pemuda itu berdo’a :“Ya Allah, hindarkanlah saya dari kejahatan mereka sesuai dengan yang Engkau kehendaki”. Kemudian kapal itu terbalik dan tenggelamlah mereka. Pemuda itupun kembali kepada sang raja, dan sang raja bertanya lagi keheranan:“Apakah yang diperbuat oleh pasukan itu ?”. Pemuda itu menjawab : “Allah Ta’ala telah menghindarkan aku dari kejahatan mereka”. Kemudian pemuda itu berkata kepada sang raja: “Sesungguhnya engkau tidak akan bisa mematikan saya sebelum engkau memenuhi permintaanku”. Raja bertanya :“Apakah yang engkau inginkan ?”, Pemuda itu menjawab: “Engkau harus mengumpulkan orang banyak dalam satu lapangan dan saliblah saya di atas sebuah tiang, kemudian ambillah anak panahku dari tempatnya serta letakkanlah pada busurnya”, kemudian bacalah :“Dengan menyebut nama Allah, Tuhan pemuda ini”. kemudian lepaskanlah anak panah itu ke arahku. Apabila engkau berbuat seperti itu, maka engkau akan berhasil membunuhku.

Mendengar yang demikian, raja itu mengumpulkan orang banyak di salah satu lapangan dan menyalib pemuda itu di atas tiang kemudian ia mengambil anak panah dari tempatnya dan diletakkan pada busurnya kemudian ia membaca :“Dengan menyebut nama Allah, Tuhan pemuda ini”. dan dilepaskanlah anak panah itu ke arah pelipisnya, kemudian pemuda itu meletakkan tangannya pada pelipis yang terluka, lalu ia pun mati. Pada saat itu juga serentak orang-orang berkata :“Kami beriman dengan Tuhannya pemuda itu ”. Ada seorang yang menyampaikan berita itu kepada sang raja seraya berkata : “Tahukah engkau, apa yang engkau khawatirkan sekarang telah menjadi kenyataan. Demi Allah, kekhawatiranmu tidak ada gunanya sama sekali karena orang-orang sudah beriman”. Kemudian raja itu memerintahkan membuat parit yang besar pada setiap persimpangan jalan, di dalam nya dinyalakan api, kemudian memerintahkan kepada siapa saja yang tidak mau kembali pada agama semula, maka akan dilemparkan ke dalam parit. Perintah itu dilaksanakan. Ada seorang wanita yang berpegang teguh pada agama yang hak, namun ia membawa bayinya dan merasa sangat kasihan kepada anaknya kalau ia beserta anaknya masuk ke dalam parit, akan tetapi bayi itu berkata: “Wahai ibu, sabarlah, karena engkau berada dalam kebenaran”. (HR. Muslim).

Syarah Hadist 
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :“Pada zaman dahulu ada seorang raja yang mempunyai seorang tukang sihir

Disini Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam hendak menceritakan kisah dari ummat-ummat terdahulu untuk menunjukkan kenabian beliau dimana beliau tidaklah mengarang suatu cerita akan tetapi beliau mendapatkan wahyu dari Allah Subhanahu wata’ala. Kisah yang disebutkan oleh Allah didalam Al-Qur’an begitu banyak seperti kisah Ashabul Kahfi begitupula kisah Dzulqarnain yang diceritakan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam kepada ummatnya berdasarkan wahyu dari Allah Subhanahu wata’ala, dan ketika orang – orang quraisy bertanya kepada Rasulullah tentang 3 pertanyaan yang dijawab dalam surah Al-Kahfi tidaklah semerta-merta jawaban turun untuk menjawab pertanyaan mereka, akan tetapi sebagai ujian bagi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam agar beliau bersabar menunggu wahyu dari Allah Subhanahu wata’ala dan bersabar dari orang Quraisy yang mengajukan pertanyaan.

Menceritakan kisah merupakan cara memberikan pengajaran atau ilmu kepada orang lain yaitu dengan menceritakan kisah – kisah ummat terdahulu, jika kisah itu baik maka baik untuk di ikuti dan jika buruk maka buruk untuk di ikuti dan hendaklah untuk dihindari. Begitu banyak kisah yang Allah Subhanahu wata’ala ceritakan didalam Al-Qur’an bahkan sepertiga dari Al-Qur’an kandungannya adalah kisah dan diantara salah satu surah yang menceritakan kisah yaitu surah Al-Qasas (kisah-kisah). Allah Subhanahu wata’ala menguatkan hati Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan menceritakan kisah ummat – ummat terdahulu kepada beliau dan inipula yang dilakukan oleh Rasulullah kepada para sahabatnya.

Betapa banyak kisah orang – orang sholeh yang telah mendahului kita telah diuji oleh Allah Subhanahu wata’ala dengan ujian yang berat, mereka berada disurga Allah Subhanahu wata’ala dan mereka telah mendapatkan nikmat dialam barsakh (Kubur) dan betapa banyak kisah dari orang-orang terdahulu yang menyombongkan diri, dari para raja, orang – orang kaya, orang – orang yang mulia  dimata manusia namun karena menentang Allah  dan wali – walinya, mereka dibinasakan oleh Allah Subhanahu wata’ala, ini menjadi pelajaran bagi kita bahwasanya betapa pun lamanya seseorang berkuasa, kuatnya ia dalam berkuasa jika ia berada diatas ke zhaliman maka akan dibinasakan oleh Allah Subhanahu wata’ala, sebaliknya orang – orang yang memperjuangkan kebenaran walaupun mereka tertindas, diperangi, dibantai, bahkan sampai dibunuh namun mereka akan dimenangkan oleh Allah Subhanahu wata’ala dan ini sudah menjadi sunnatullah.

Kata para ulama:”Diantara wasilah agar kita istiqamah adalah dengan membaca kisah – kisah orang sholeh karena kisah mereka bukanlah kisah khayalan akan tetapi kisah yang sebenarnya, Allah berfirman kepada nabinya:

كَذَٰلِكَ نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ مَا قَدْ سَبَقَ ۚ وَقَدْ آتَيْنَاكَ مِنْ لَدُنَّا ذِكْرًا

Demikianlah kami kisahkan kepadamu (Muhammad) sebagian kisah umat yang telah lalu, dan sesungguhnya telah Kami berikan kepadamu dari sisi Kami suatu peringatan (Al Quran)“. (QS. Taha :99).

Dan inilah uslub Allah Subhanahu wata’ala yang ada didalam Al-Qur’an dan juga yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Hukum Belajar Sihir

Masalah sihir merupakan sejarah yang panjang sebelum diutusnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bahkan dizaman Nabi Sulaiman ‘Alaihissalam, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, sihir telah ada dizaman mereka. Sihir adalah sesuatu yang tersembunyi sebabnya dan sangat halus dari kata huruf: Sin, Ha dan Ra, semua kata yang dibangun dari 3 huruf ini dengan segala penambahannya ini menunjukkan sesuatu yang tersembunyi, sebagaimana As- Sahur waktu sahur karena ia samar –samar diakhir malam.

Mempelajari sihir hukumnya kafir terutama jika ia bekerja sama dengan syaithan dan jin sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah:

وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَىٰ مُلْكِ سُلَيْمَانَ ۖ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَٰكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ ۚ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّىٰ يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۖ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ ۚ وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ ۚ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ۚ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui“. (QS. Al Baqarah : 102).

Ini salah satu cara Allah Subhanahu wata’ala menguji hambanya dan Allah sendiri yang Maha Kuasa dan tidak ada yang pantas untuk memprotes apa yang dinginkan oleh Allah sebagaimana Allah menciptakan Iblis untuk menjadi ujian bagi manusia begitu pula sihir adalah salah satu diantara ilmu sehingga ketika mereka mengajarkan sihir tersebut mereka mengatakan:“Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam hadist:

 لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَطَيَّرَ أَوْ تُطُيِّرَ لَهُ, أَوْ تَكَهَّنَ أَوْ تُكُهِّنَ لَهُ, أَوْ سَحَرَ أَوْ سُحِرَلَهُ, وَ مَنْ أَتَى كَاهِنًا فَصَدَقَهُ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَدٍ

“Bukan dari golongan kami yang bertathayyur ( meramal kesialan ) atau minta dilakukan tathayyur terhadapnya atas orang yang melakukan praktek perdukunan atau mendatangi dukun atau melakukan sihir atau minta disihirkan. Barang siapa mendatangi dukun lalu ia mempercayai apa yang dikatakannya, berarti ia telah kufur terhadap apa yang telah diturunkan kepada Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasalam. (HR. Bazzar dihasankan oleh Syaikh Al-Albani ).

مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَىْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً

Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal, maka shalatnya selama 40 hari tidak diterima”. (HR. Muslim no. 2230, dari Shofiyah, dari beberapa istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam).

Bersambung (Syarah Hadist Kisah Ashabul Ukhdud Sesi 2)

Wallahu A’lam Bish Showaab



Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Sabtu, 08 Safar 1438 H

Fanspage : Harman Tajang

Kunjungi Media MIM:
Fans page: https://www.facebook.com/markaz.imam.malik.makassar/

Website : http://harmantajang.id

Youtube : https://www.youtube.com/c/MimTvMakassar

Telegram : https://telegram.me/infokommim

Instagram : https://www.instagram.com/markaz_imam_malik/

ID LINE :  http://line.me/ti/p/%40nga7079p

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here