Tadabbur dan Tafsir Surah AL-Balad Ayat 11-20

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Allah Subhanahu wata’ala berfirman

فَلَا ٱقْتَحَمَ ٱلْعَقَبَةَ وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا ٱلْعَقَبَةُ

“Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar, Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?”. (QS. Al-Balad : 11-12).

Apa yang dimaksud dengan ٱلْعَقَبَةَ , berkata Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma ٱلْعَقَبَةَ adalah sebuah gunung yang ada didalam neraka jahannam, sebagian ada yang mengatakan dia adalah jalan yang terbentang diatas neraka jahannam, sebagian ada yang mengatakan
ٱلْعَقَبَةَ adalah neraka jahannam itu sendiri, Allah berfirman:”Wahai anak cucu adam apakah kalian tidak melewati ٱلْعَقَبَةَ untuk diselamatkan dari api neraka Allah dan dimasukkan ke dalam surga”, lalu bagaimana kita akan menyelamatkan diri dari ٱلْعَقَبَةَ tersebut, setelahnya Allah menyebutkan beberapa amalan:

فَكُّ رَقَبَةٍ

“(yaitu) melepaskan budak dari perbudakan”. (QS. Al-Balad : 13).

Dizaman sekarang budak tidak ada karena hukumnya ditinggalkan oleh kaum muslimin, dalam hadist Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ أَعْتَقَ رَقَبَةً مُؤْمِنَةً أَعْتَقَ الهُأ بِكُلِّ عُضْوٍ مِنْهُ عُضْوًا مِنَ النَّارِ حَتَّى يُعْتِقَ فَرْجَهُ بِفَرْجِهِ

“Barang siapa membebaskan budak yang muslim niscaya Allah akan membebaskan setiap anggota badannya dengan sebab anggota badan budak tersebut, sehingga kemaluan dengan kemaluannya”. (HR. Imam Bukhari). Ini keutamaan membebaskan budak.

أَوْ إِطْعَٰمٌ فِى يَوْمٍ ذِى مَسْغَبَةٍ

“atau memberi makan pada hari kelaparan”. (QS. Al-Balad : 14).

Memberi makan kepada mereka yang berpuasa senin dan kamis dapat membebaskan diri kita dari api neraka jahannam, dan yang paling afdhal ketika memberi makan adalah dihari ketika orang sangat membutuhkan makanan seperti musim peceklik atau pada saat terjadi bencana sebagaimana saudara – saudara kita yang tertimpa bencana dipalu dan sekitarnya, memberi makan kepada mereka adalah amalan yang sangat dicintai oleh Allah Subhanahu wata’ala.

يَتِيمًا ذَا مَقْرَبَةٍ

“(kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat”(QS. Al-Balad : 15)

Pada surah Al Fajr Allah Subhanahu wata’ala menyebutkan keutamaan atau ancaman kepada orang yang memakan harta anak yatim atau yang menelantarkan anak yatim dan dalam ayat yang kita bahas ini Allah kembali menyebutkan keutamaan menyantuni anak yatim, anak yatim yang masih ada hubungan kekerabatan dengan kita maka ini lebih utama untuk diberi, Rasulullah bersabda:

أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِى الْجَنَّةِ هكَذَا وأشار بالسبابة والوسطى وفرج بينهما شيئاً

“Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini”, kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam, serta agak merenggangkan keduanya”. (HR. Al-Bukhari (no. 4998 dan 5659). Menunjukkan tempat duduknya sangat dekat dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dihari kemudian.

أَوْ مِسْكِينًا ذَا مَتْرَبَةٍ

“atau kepada orang miskin yang sangat fakir”. (QS. Al-Balad : 16).

Membantu orang miskin yang sangat membutuhkan bantuan, karena saking miskinnya dia tidak bisa berdiri dan tangannya menempel ke tanah, sebagian ada yang mengatakan karena telalu miskin dia tidak punya baju sehingga untuk menutup auratnya dia berguling – guling di tanah, dari ayat ini sebagian ulama kita ada yang mengatakan:”Derajat kemiskinan itu lebih buruk dari pada kefakiran”, walaupun yang shahih kondisi kefakiran itu lebih buruk dari pada kemiskinan karena ketika Allah menyebutkan tentang golongan yang berhak mendapatkan zakat Allah memulai dengan:

إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ ۖ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (QS. At-Taubah : 60)

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berlindung dari kefakiran dan kekufuran tetapi berdoa kepada Allah untuk dibangkitkan bersama dengan orang-orang miskin, dalam ayat yang lain dalam surah Al Kahfi Allah Subhanahu wata’ala mengatakan:

أَمَّا السَّفِينَةُ فَكَانَتْ لِمَسَاكِينَ يَعْمَلُونَ فِي الْبَحْرِ فَأَرَدْتُ أَنْ أَعِيبَهَا وَكَانَ وَرَاءَهُمْ مَلِكٌ يَأْخُذُ كُلَّ سَفِينَةٍ غَصْبًا

Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera”. (QS. Al Kahfi : 79).

Jadi mereka miskin tetapi punya perahu, dari sini ulama kita mengatakan:”Miskin itu dia punya pekerjaan, punya penghasilan tetapi tidak mencukupi adapun fakir benar – benar tidak punya apa – apa“. Memberi makan kepada orang fakir, orang miskin semuanya terpuji dan sangat dicintai oleh Allah Subhanahu wata’ala, bahkan memberi makan kepada tawanan perang sekalipun, sebagaimana ayat dalam surah Al Insan, Allah berfirman:

وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا

“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan”. (QS. Al-Insan : 8). Ketika dalam jihad ada musuh yang ditawan maka tetap wajib untuk berbuat baik kepadanya dengan memberi makan dan kebaikan ini diganjar pahala disisi Allah Subhanahu wata’ala, sebagaimana salah seorang sahabat sebelum masuk islam, dia adalah seorang pemuka dikampungnya yang bernama Tsumamah bin Utsal di tawan oleh kaum muslimin kemudian diikat ditiang Masjid di kota Madinah, setiap hari Rasulullah datang menawarkan islam kepadanya, Nabi berkata:”Wahai Tsumamah, apa yang engkau katakan tentang islam”, ia kemudian berkata:”Wahai Muhammad jika engkau membebaskan aku maka engkau membebaskan orang yang baik (maksudnya jika engkau melakukannya akan saya balas_penj), namun jika engkau membunuhku maka engkau membunuh bukan sembarang orang banyak orang yang akan membalas dendam kepadamu“. Rasulullah meninggalkannya dan berkata kepada para sahabat:”Berbuat baiklah kepadanya berikan ia makan, jika malam beri ia selimut, jika dia tidur muliakan dia”, pada hari kedua Rasulullah kembali menawarkan islam:” Bagaimana menurutnmu wahai Tsumamah”, jadi Sumamah diberi kesempatan untuk melihat bagaimana islam, bagaimana ukhuwah dikalangan para sahabat, bagaimana Nabi berbuat baik kepadanya. Sumamah berkata:”Jika engkau membunuh saya maka engkau membunuh bukan sembarang orang jika engkau bebaskan saya maka engkau membebaskan bukan sembarang orang”, hari ketiga Nabi kembali menawarkan kepadanya:”Bagaimana Tsumamah“, ia kembali mengucapkan perkataan yang pertama, Rasulullah berkata kepada para sahabat:”Lepaskan dia”, sahabat heran, tapi Nabi menyuruh dan membiarkan dia pulang, ketika dilepaskan Tsumamah pergi ternyata dia tidak pulang ke kampungnya namun ia pergi mencari sumur kemudian dia mandi dan mengganti bajunya, setelah itu dia datang kepada Nabi dan berkata:”Ashadu anla ilaha illallah wa ashadu anna muhammadarrasulullah”, ia masuk islam karena akhlak dan budi pekerti dan ini banyak tidak diketahui oleh musuh – musuh islam bahkan tidak diketahui sendiri oleh kaum muslimin.

Semua kebaikan yang disebutkan tadi seperti membebaskan budak, memberi makan, menyantuni anak yatim, berbuat baik kepada orang miskin tidak ada manfaatnya disisi Allah jika dia tidak beriman kepada Allah Subhanahu wata’ala, ini kuncinya, mungkin ada yang mengatakan:”Saya punya kenalan non muslim, dia lebih sopan, lebih ramah, lebih suka membantu dibandingkan banyak dari kaum muslimin“, sebaik apapun seseorang, sebanyak apapun kebaikan yang ia lakukan selama ia tidak beriman kepada Allah maka pahalanya di kali 0, Abu Thalib memiliki banyak jasa tapi dia tidak masuk islam dan semua kebaikan yang ia lakukan kepada Nabi juga tidak ada nilainya dia mendapatkan syafaat pada hari kemudian namun tidak mengeluarkannya dari api neraka, hanya diringankan siksaannya, ia datang pada hari kiamat dengan membawa amalan yang begitu banyak, dijadikan seperti debu yang berterbangan.

Aisyah Radhiyallahu ‘anha ketika beliau menyampaikan  salah seorang lelaki kepada Rasulullah yang bernama Abdullah ibn Jud’an, orang ini selama ia hidup dimasa jahiliyah, ia memuliakan tamu, berbuat baik kepada tetangga, membantu orang lain, kebaikan – kebaikan apapun ia kerjakan dan lakukan, Aisyah berkata:”Ya Rasulullah, apakah itu bermanfaat untuknya pada hari kemudian”, Nabi berkata:”Tidak sama sekali, karena dia tidak pernah berkata sedikitpun, Ya Allah ampunkan dosa – dosaku dihari kiamat nanti”, jadi dia tidak masuk islam sehingga tidak bermanfaat baginya, jadi jika ingin mendapatkan pahala dari kebaikan yang kita lakukan pada hari kiamat kuncinya masuk ke dalam islam.

ثُمَّ كَانَ مِنَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْمَرْحَمَةِ

“Dan dia (tidak pula) termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang”. (QS. Al-Balad : 17). Ini salah satu amalan yang bisa membebaskan kita dari kebangkrutan pada hari kiamat yaitu saling berwasiat dalam kesabaran. Pertama kesabaran dalam ketaatan, olehnya sesama kaum muslimin harus memberi nasehat atau wasiat dalam kesabaran dan saling menguatkan dalam kebaikan, juga saling menguatkan didalam meninggalkan maksiat, sekarang yang lagi tren adalah hijrah – hijrah namun yang paling penting dari itu adalah bagaimana mempertahankan keistiqamahan dan salah satu diantaranya adalah saling menguatkan dalam keistiqamahan itu. Saling memerintahkan dalam berkasih sayang diantara manusia, Sayingilah yang ada dibumi niscaya dilangit akan menyayangimu, orang yang penyayang akan disayangi oleh Allah Subhanahu wata’ala.

أُو۟لَٰٓئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلْمَيْمَنَةِ

“Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan”. (QS. Al-Balad : 18).

Mereka itu adalah para penghuni surga (golongan kanan) yang telah kita sebutkan sifat dan ciri-cirinya.

وَٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا هُمْ أَصْحَٰبُ ٱلْمَشْـَٔمَةِ عَلَيْهِمْ نَارٌ مُّؤْصَدَةٌۢ

“Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, mereka itu adalah golongan kiri”. (QS. Al-Balad : 19-20).

Orang – orang yang akan ditimpa dengan kesialan dan kebangkrutan pada hari kiamat dan mereka akan disiksa dalam neraka yang apinya berkobar kemudian ditutup rapat, ketika kita dalam ruangan di malam hari kemudian tiba – tiba mati lampu, kemudian AC dan kipas angin mati maka kita akan merasakan kepanasan, gerah sehingga kita mau keluar apalagi nanti dihari kemudian, api neraka yang 10 kali lipat dari panasnya api di dunia ini ditutup rapat – rapat sehingga tidak ada hawa yang masuk, oleh karenanya selamatkan diri kita dari api nereka dengan amalan-amalan sholeh, Nabi bersabda:”Takutlah kepada neraka Allah walaupun sengan sepotong biji kurma”, bersedekah di jalan Allah jika tidak mendapatkannya (kurma) maka minimal dengan perkataan yang baik kepada sesama manusia. 

Wallahu a’lam Bish Showaab 


Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Jum’at, 10 Jumadil Akhir 1439 H

Fanspage : Harman Tajang

Kunjungi Media MIM:
Fans page: https://www.facebook.com/markaz.imam.malik.makassar/

Website : http://harmantajang.id

Youtube : https://www.youtube.com/c/MimTvMakassar

Telegram : https://telegram.me/infokommim

Instagram : https://www.instagram.com/markaz_imam_malik/

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here