Harmantajang.com – Tafsir Surah Al ‘Alaq, surah yang ke 97 yang terdiri dari 19 ayat, 280 huruf dalam artian jika kita membacanya maka kita telah mendapatkan kebaikan 2.800 kebaikan sebagaimana kata Nabi barangsiapa yang membaca satu huruf:
عَنْ عَبْد اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ رضى الله عنه يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
“Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf”. (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6469).
Allah berfirman:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari ‘Alaq, Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling Pemurah, Yang mengajar manusia dengan pena, Dia mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya”. (QS. Al-Alaq: 1-5).
Al-Alaq Surah yang Pertama Kali Turun
Tidak ada khilaf dari kalangan para ulama bahwasanya 5 ayat pertama dari surah Al-Alaq adalah ayat-ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam Al-Qur’an, mungkin ada yang bertanya lalu mengapa tidak diletakkan pada posisi pertama dalam mushaf mengapa surah Al-Fatihah, Al-Baqarah, Ali-‘Imran dan seterusnya.
Jawabannya tidak semua surah dalam Al-Qur’an diturunkan sekaligus, tetapi berangsur-angsur diturunkan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam namun setiap kali ada ayat yang turun Nabi mengatakan letakkan ayat ini disurah ini begitupula aturan dari surah-surah tersebut.
Makanya disebut dengan Al Fatihatul karena ini merupakan taujih atau arahan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dan ini juga dikenal dikalangan para sahabat sehingga ketika Abu Bakar as Shiddiq membentuk panitia penulisan mushaf yang di ketuai oleh Zaid ibn Tsabit dan beberapa orang dari kalangan para sahabat.
Sehingga disusunlah mushaf tersebut kemudian diulangi lagi dan dibukukan di zaman Ustman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu makanya ada yang disebut dengan Mushaf Ar Rasm Al-Utsmani karena begitulah tulisan muhsaf yang ditulis di zaman Ustman Radhiyallahu ‘anhu.
Baca Juga: Tafsir Surah At-Takwir: Peristiwa Alam Peringatan untuk Manusia (Ayat 1-3)
Awal Mula Muncul Ide Al-Qur’an ‘Dibukukan’
Adapun penulisan mushaf di zaman Abu Bakar as Shiddiq disebabkan karena banyak penghafal Al-Qur’an terbunuh di perang yamamah sehingga Umar datang memberi usul kepada Abu Bakar as Shiddiq agar kemudian Al-Qur’an dibukukan.
Awalnya Abu Bakar tidak menerima usulan dari Umar Radhiyallahu ‘anhu beliau mengatakan:”Bagaimana mungkin saya mengerjakan sesuatu yang tidak pernah dikerjakan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam”
Tetapi Umar terus meyakinkan Abu Bakar as Shiddiq sampai kemudian Allah melapangkan dada beliau dan Nabi telah memberikan persaksian kepada khulafaurrasidin, sebagaimana dalam sabdanya:
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ، تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ
“Maka berpegang teguhlah kamu kepada sunnahku dan sunnah para Khulafa’ (pengikutku) yang mendapat petunjuk, berpegang teguhlah kamu padanya dan gigitlah dengan geraham-geraham (mu)”. (HR. Abu Dawud dan yang lainnya, dishahihkan oleh Ibnu Majah, demikian pula Syaikh Albani telah menelitinya).
Yang dimaksud Khulafaurrasidin yaitu Abu Bakar as Shiddiq, Umar bin Khattab, Ustman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.
Mushaf Pertama Dituliskan Disebut Rasm Al-Ustmani
Adapun Al-Qur’an dikumpulkan di zaman Ustman Radhiyallahu ‘anhu disebabkan karena ketika kaum muslimin melakukan ekspansi atau perluasan wilayah sehinga ada pasukan yang datang dari Syams, dari Kufah, dari Makkah dan Madinah bertemu di Azerbaijan kemudian mereka membaca Al-Qur’an berdasarkan yang mereka talaqqi dari beberapa sahabat yang tersebar dipenjuru dunia.
Sehingga ada perbedaan dikalangan mereka sedangkan Al-Qur’an diturunkan untuk memudahkan para sahabat dan orang-orang arab dalam membacanya, ketika diturunkan satu huruf ada yang mengatakan dialeq itu memberatkan bagi kabilah yang lain.
Baca Juga: Istiqomah dan Bersikap Lurus Menetapi Kebenaran
Olehnya Nabi terus meminta kemudahan dan tambahan dari Allah maka diturunkanlah Al-Qur’an kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Namun ketika di zaman Ustman terjadi perbedaan dikalangan para mujahidin sampai pada saling menyalahkan diantara mereka.
Huzaifah Ibnul Yaman sahabat yang mulia melihat pemandangan tersebut bahwasanya ini akan menjadi sumber fitnah dimasa yang akan datang, akhirnya beliau kembali ke Madinah mendatangi Utsman bin Affan kemudian dia bekrata:
”Ya Utsman selamatkan ummat ini sebelum mereka berselisih dalam kitabnya sebagaimana orang-orang yahudi dan orang-orang nasrani berselisih dalam kitab-kitab mereka”.
Akhirnya semua mushaf yang dipegang oleh para sahabat dikumpulkan oleh Ustman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu kemudian dibentuk ulang panitia yang baru yang tetap diketuai oleh Zaid ibn Tsabit Radhiyallahu ‘anhu.
Kemudian dituliskan dalam satu mushaf yang disebut dengan Rasm Al-Ustmani adapun yang selebihnya atau yang lain yang menyelisihi dari mushaf Ustmani dikumpulkan dan dibakar pada waktu itu oleh Utsman dan disaksikan oleh semua sahabat dan tidak ada yang mengingkari diantara mereka sehingga menjadi ijma atau kesepakatan diantara mereka.
Disini diambil faedah oleh sebagian ulama jika sudah ada mushaf yang sobek atau rusak sehingga tidak bisa lagi digunakan maka jangan dibuang ditempat sampah begitu saja tetapi bisa dikuburkan ditanah atau membakarnya jika memang sudah tidak layak untuk dipakai kemudian jelaskan kepada para masyarakat agar mereka tidak salah faham.