Tafsir Surah Al-Hujurat Ayat 6, Perintah Tabayyun (Sesi 2)

0
1344

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Ayat ini dalam Surah Al-Hujurat ayat 6 disebutkan oleh para ulama memiliki sebab, sebagaimana yang telah kita sebutkan bahwasanya mengetahui sebab nuzul suatu ayat itu semakin menguatkan pemahaman kita terhadap ayat tersebut. Disebutkan oleh ahli tafsir Imam Ibnu Katsir Rahimahullah, diantara sebab Asbabun nuzul dari ayat ini yang shahih yang disebutkan oleh para ulama kita terjadi di zaman Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam ketika ada salah seorang lelaki yang bernama Al-Haris bin Dhirar Al-Khuza’i beliau adalah pemuka suku Bani Mustaliq ayah dari Juwairiyah binti Al Harits Al Mustaliqiyah istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, ia datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam di Madinah menerima ajakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk masuk islam, akhirnya beliau masuk islam, belajar kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, membaiat Rasulullah dan hendak menjadi da’i dikampungnya, apalagi beliau adalah kepala suku, ia berkata:”Ya Rasulullah, saya akan mengajarkan mereka tentang sholat dan saya akan mengumpulkan zakat dari mereka, silahkan anda mengutus salah seorang utusan untuk mengambil zakat tersebut dari kami“, akhirnya Rasulullah membuat kesepakatan kepada Al-Haris bin Dhirar Al-Khuza’i dengan waktu yang telah ditentukan.

Kembalilah Al-Haris bin Dhirar Al-Khuza’i Radhiyallahu ‘anhu kekampungnya dan ketika tiba dikampungnya maka dikumpullah zakat  dari kaumnya yang kaya, namun utusan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam belum tiba sebagaimana waktu yang telah beliau sepekati bersama dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, akhirnya Al-Haris bin Dhirar Al-Khuza’i ini menjadi khawatir karena tidak mungkin Rasulullah menyelisihi janjinya, boleh jadi sesuatu terjadi atau mungkin Rasulullah marah, akhirnya beliau bernisiatif bersama dengan beberapa kaumnya untuk membawa sendiri zakat itu ke Madinah.

Apa yang terjadi di Madinah padahal Rasulullah telah mengutus utusan yang bernama Al Walid ibn Uqbah Ibn Abi Mu’ith maka berangkatlah Al Walid bersama dengan beberapa sahabat lain untuk mengambil zakat, namun ketika ia telah mendekat di Bani Mustaliq dia tidak sampai ke Bani Mustaliq dia takut dan khawatir karena kabilahnya memiliki utang kepada Bani Mustaliq, jadi ada masalah diantara 2 suku tersebut sehingga dia takut merapat ke Bani Mustaliq, akhirnya  Al Walid tidak berjumpa dengan Al-Haris bin Dhirar Al-Khuza’i, Al Walid kemudian kembali ke Madinah dan berkata kepada Rasulullah:”Ya Rasulullah mereka telah keluar dari agama islam dan mereka tidak mau membayar zakat”, berita ini termasuk berita yang sangat berbahaya, bahaya dari berita ini membuat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus komandan perang yang bernama Khalid ibn Walid Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah memerintahkan beliau dan para sahabatnya untuk tasabbut terlebih dahulu (mengecek kondisi dan keadaan Bani Mustaliq), berangkatlah beliau dengan sahabat yang lain dan ternyata beliau mendapati ditempat tersebut masih dikumandangkan azan.

Faedah yang bisa diambil bahwasanya:”Jika dalam suatu kampung masih terdengar suara azan maka haram untuk diperangi dan hal ini pernah dilakukan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam”,

Utusan Rasulullah berjumpa dengan Al-Haris bin Dhirar Al-Khuza’i bersama dengan rombongannya di jalan, Al-Haris bin Dhirar Al-Khuza’i heran dan bertanya:”Kalian diutus kemana”, mereka menjawab:”Kami diutus untuk menemui kalian dan memerangi kalian  karena telah sampai berita kepada kami bahwasanya engkau telah murtad dan engkau enggan membayar zakat kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam”, Al-Haris bin Dhirar Al-Khuza’i bertanya:”Siapa yang berkata demikian.?”, dijawab oleh sahabat:”Al Walid ibn Uqbah”, Al-Haris bin Dhirar Al-Khuza’i berkata:”Saya tidak pernah berjumpa dengan Al Walid ibn Uqbah, saya tidak pernah melihatnya dan dia tidak pernah datang kepada saya”. Akhirnya lanjutlah beliau dalam perjalanan, setiba di Madinah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:”Telah datang berita bahwasanya engkau telah murtad dan engkau tidak mau membayar zakat, Al-Haris bin Dhirar Al-Khuza’i berkata:”Tidak, Ya Rasulullah bahkan saya datang sendiri membawa zakat ini Ya Rasulullah karena utusan anda terlambat”, Rasulullah mengatakan:”Yang berkata demikian adalah Al Walid ibn Uqbah“, Al-Haris bin Dhirar Al-Khuza’i berkata:”Saya tidak pernah berjumpa dengannya dan dia tidak datang kepada kami”.

Maka turunlah firman Allah Subhanahu wata’ala surah Al-Hujurat ayat 6 yang sedang kita bahas. Ayat yang kita bahas ini menjadi Qaidah bahwasanya tidak mesti semua berita yang sampai kepada kita harus diceritakan, karena Rasulullah bersabda dalam hadistnya:

كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

Cukup seseorang dikatakan dusta, jika ia menceritakan segala apa yang ia dengar”. (HR. Muslim no. 5).

Ada seseorang dengan dalih tabayyun akhirnya ia tidak mampu membedakan tabayyun dengan kepo sehingga ia terjatuh dalam kepo (suka menanyakan sesuatu yang tidak perlu ia ketahui dan ingin mengetahui semua urusan seseorang).

Betapa banyak berita yang bisa menjadi sebab kebinasaan di dunia dan di akhirat, menjadi sebab kehormatan kaum muslimin tercemarkan. Orang yang suka mencemarkan kehormatan orang lain akan menyesal di dunia dan di akhirat adapun di akhirat ia menjadi orang yang bangkrut, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أَتَدْرُونَ مَنِ الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

Apakah kalian tahu siapa muflis (orang yang pailit) itu?”, Para sahabat menjawab:”Muflis (orang yang pailit) itu adalah yang tidak mempunyai dirham maupun harta benda”.

Tetapi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:”Muflis (orang yang pailit) dari umatku ialah, orang yang datang pada hari Kiamat membawa (pahala) shalat, puasa dan zakat, namun (ketika di dunia) dia telah mencaci dan (salah) menuduh orang lain, makan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain (tanpa hak). Maka orang-orang itu akan diberi pahala dari kebaikan-kebaikannya. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka”. (HR. Muslim).

Jika diantara hewan saja di qishas pada hari kiamat lalu bagaimana lagi dengan manusia, lalu bagaimana lagi dengan orang yang kita dzalimi dan bagaimana dengan orang yang diserahi amanah, jabatan, wewenang kemudian menggeglembungkan harta kaum muslimin dan rakyatnya, maka berapa banyak yang akan datang kepadanya pada hari kiamat meminta tuntutan dihadahapan Allah Subhanahu wata’ala, oleh karenanya berhati – hatilah jangan sampai kita termasuk golongan orang yang merugi pada hari kiamat, datang dengan amalan sholeh yang ia kerjakan namun orang – orang yang ia dzalimi datang kepada Allah Subhanahu wata’ala begitu pula dengan orang yang ia cemarkan kehormatannya, maka kebaikan yang pernah ia lakukan diambil kemudian dibagikan kepada setiap orang yang pernah ia dzalimi, dan ketika kebaikannya telah habis maka keburukan dari orang – orang yang pernah ia dzalimi diambil kemudian disematkan kepadanya lalu ia dilemparkan ke dalam api neraka.

Allah tidak akan pernah lalai dari orang – orang yang berbuat dzalim, Allah berfirman:

وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ ۚ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَارُ * مُهْطِعِينَ مُقْنِعِي رُءُوسِهِمْ لَا يَرْتَدُّ إِلَيْهِمْ طَرْفُهُمْ ۖ وَأَفْئِدَتُهُمْ هَوَاءٌ

“Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak. mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mangangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip dan hati mereka kosong”. (QS. Ibrahim : 42-43).

Rasulullah bersabda:”Sesungguhnya Allah Ta’ala akan mengulur-ulur bagi pelaku kezhaliman hingga bila Dia menyiksanya, Dia tidak akan membuatnya lolos (dapat menghindar lagi)“. (HR.Bukhari)

Allah tidak lalai dengan apa yang terjadi kepada saudara kita di rohingya, Allah tidak akan menyia – nyiakan doa kita kepada mereka. Diantara doa yang makbul di sisi Allah Subhanahu wata’ala adalah doa orang yang terdzalimi, ketika doa orang yang terdzalimi diangkat oleh Allah, Allah mengatakan:”Demi kemuliaanku, demi kekuasaanku aku akan menolongmu walaupun setelah sekian waktu yang lama“.

Dan takutlah akan doa orang yang terzalimi, karena tidak ada satu penghalang pun di antara doanya dan Allah”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Oleh karenannya jaga lisan kita terutama terhadap kehormatan saudara – saudara kita apalagi kehormatan orang -orang yang diberikan keutamaan oleh Allah dari kalangan ulama, para penuntut ilmu. Sangat disayangkan ada sebagian orang yang mencari – cari kesalahan para ulama begitupula dengan ketergelinciran saudara – saudaranya kaum muslimin padahal ia adalah orang yang di kenal menyerukan kepada As Sunnah, dia adalah orang yang dikenal menyerukan kepada tauhid namun ia mencemarkan kehormatannya dalam majelis bahkan direkam kemudian di cetak dan disebarkan, dan yang lebih disayangkan ada orang yang menerimanya tanpa tabayyun dan tasabbuts terlebih dahulu sehingga ia pun ikut mencemarkan dan merusak kehormatan saudaranya, semua yang mereka persaksikan, tuliskan dan rekam akan ditanya oleh Allah kelak pada hari kemudian.

Al Hafidz Ibnu Asakir mengatakan:”Sesungguhnya darah dan daging para ulama itu beracun”, jika saja menggibahi orang awam menceritakan kejelekan mereka adalah sesuatu yang disifatkan didalam Al-Qur’an sebagai orang yang memakan bangkai saudaranya apalagi jika yang digibahi adalah dari kalangan para ulama yang memiliki daging yang beracun, Orang – orang yang mencemarkan kehormatan para ulama telah diketahui bahkan Allah memberikan kepada mereka kematian hati sebelum kematian jasad . Oleh sebab itu nesehat untuk kita semua, mari menjaga diri – diri kita, mari menjaga lisan kita, mari menjaga tangan – tangan kita, mari menjaga jari – jemari kita karena sekarang jari – jemari banyak berperan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إن العبد ليتكلم بالكلمة من رضوان الله , لا يلقي لها بالا , يرفعه الله بها درجات , و إن العبد ليتكلم بالكلمة من سخط الله , لا يلقي لها بالا يهوي بها في جهنم

Sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan keridhoan Allah, namun dia menganggapnya ringan, karena sebab perkataan tersebut Allah meninggikan derajatnya. Dan sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan kemurkaan Allah, namun dia menganggapnya ringan, dan karena sebab perkataan tersebut dia dilemparkan ke dalam api neraka”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Peringatan dari Allah Subhanahu wata’ala kepada kita semua karena ancamannya sangat berat bagi mereka yang menukil berita – berita dusta, jika saja yang menerima berita diberi pringatan oleh Allah Subhanahu wata’ala apalagi bagi yang membawa berita dusta tersebut, Rasulullah menyebutkan dalam hadist:
Tidak akan masuk ke dalam surga orang yang membawa berita, menukil berita dari satu orang ke orang lain untuk merusak hubungan antara fulan dan allam”.

Hadits Abdullah bin ’Abbas Radhiyallahu anhuma, dia berkata:

مَرَّ النَّبِيُّ  صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَبْرَيْنِ فَقَالَ إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ فَعَلْتَ هَذَا قَالَ لَعَلَّهُ يُخَفِّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam melewati dua kuburan, lalu Beliau bersabda: “Sesungguhnya keduanya ini disiksa, dan tidaklah keduanya disiksa dalam perkara yang berat (untuk ditinggalkan). Yang pertama, dia dahulu tidak menutupi dari buang air kecil. Adapun yang lain, dia dahulu berjalan melakukan namimah (adu domba)”. Kemudian Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil sebuah pelepah kurma yang basah, lalu membaginya menjadi dua, kemudian Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menancapkan satu pelepah pada setiap kubur itu. Para sahabat bertanya:”Wahai Rasulullah, kenapa anda melakukannya”. Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:”Semoga Allah meringankan siksa keduanya selama (pelepah kurma ini) belum kering”. (HR. Bukhari, no. 218; Muslim, no. 292). Mereka disiksa bukan karena perkara yang besar akan tetapi perkara yang ia anggap remeh dan sepele.

Ada sebagian orang suka menukil berita untuk mengadu domba antara yang satu dengan yang lain agar hubungan mereka menjadi rusak, dan ada seseorang yang memiliki tabiat demikian yang suka melihat sesama kaum muslimin saling bermusuhan dan berpecah dan senang melihat perkelahian antara yang satu dengan yang lain. Oleh karenanya ulama kita mengatakan salah satu diantara kefaqihan seorang da’i yaitu ketika ia senantiasa mendakwahkan kepada “Tauhidu Shufuf” karena barangsiapa yang telah memiliki sifat demikian maka ia telah mewarisi sebagian dari sifat penghuni surga.

Sebagian yang lain ada yang justru bersepakat untuk tidak bersepakat, perbuatan seperti ini dapat menimbulkan dosa ghibah dan namimah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

يَا مَعْشَرَ مَنْ أَسْلَمَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يُفْضِ اْلإِيْمَانُ إِلَى قَلْبِهِ، لاَ تُؤْذُو الْمُسْلِمِيْنَ، وَلاَ تُعَيِّرُوهُمْ، وَلاَ تَتَّبِعُوْا عَوْرَاتِهِمْ، فَإِنَّهُ مَنْ تَتَبَّعَ عَوْرَةَ أَخِيْهِ الْمُسْلِمِ تَتَبَّعَ اللهُ عَوْرَتَهُ، وَمَنْ يَتَّبِعِ اللهُ عَوْرَتَهُ، يَفْضَحْهُ وَلَوْ فِي جَوْفِ رَحْلِهِ

Wahai sekalian orang yang mengaku berislam dengan lisannya dan iman itu belum sampai ke dalam hatinya. Janganlah kalian menyakiti kaum muslimin, janganlah menjelekkan mereka, jangan mencari-cari aurat mereka. Karena orang yang suka mencari-cari aurat saudaranya sesema muslim, Allah akan mencari-cari auratnya. Dan siapa yang dicari-cari auratnya oleh Allah, niscaya Allah akan membongkarnya walau ia berada di tengah tempat tinggalnya”. (HR. At-Tirmidzi no. 2032, dihasankan Asy-Syaikh Muqbil t dalam Ash-Shahihul Musnad Mimma Laisa fish Shahihain, hadits no. 725, 1/581)

Bersambung (Tafsir Surah Al-Hujurat Ayat 6 Sesi 3)

Wallahu A’lam Bish Showaab



Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Kamis, 19 Rajab 1439 H

Fanspage : Harman Tajang

Kunjungi Media MIM:
Fans page: https://www.facebook.com/markaz.imam.malik.makassar/

Website : http://harmantajang.id/

Youtube : https://www.youtube.com/c/MimTvMakassar

Telegram : https://telegram.me/infokommim

Instagram : https://www.instagram.com/markaz_imam_malik/

ID LINE :  http://line.me/ti/p/%40nga7079p

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here