Tafsir Surah Qaf Ayat 16, Allah Mengetahui Bisikan Hati

0
557

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ ۖ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya“. (QS. Qaf : 16).

Syaikh As Sa’diy Rahimahullah berkata:“Allah Subhanhu wata’ala mengabarkan bahwasanya dialah Allah semata yang menciptakan jenis manusia yang dimulai dari Adam ‘Alaihissalam yang diciptakan langsung oleh Allah Subhanahu wata’ala kemudian dari Adam ‘Alaihissalam diciptakan bunda kita hawa”, Allah Subhanahu wata’ala menjadikan manusia dari jenis laki – laki dan dari jenis perempuan, Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal“. (QS. Al-Hujurat : 13).

Di dalam hadist dijelaskan secara detail bagaimana proses penciptaan manusia. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قالَ: حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ: إنَّ أَحَدَكُم يُجْمَعُ خلقُهُ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ، وَأَجَلِهِ، وَعَمَلِهِ، وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ، فَوَاللهِ الَّذِيْ لاَ إِلَهَ غُيْرُهُ، إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا. (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ)

Dari Abu “Abdir-Rahman “Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menuturkan kepada kami, dan beliau adalah ash-Shadiqul Mashduq (orang yang benar lagi dibenarkan perkataannya), beliau bersabda:”Sesungguhnya seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah (bersatunya sperma dengan ovum), kemudian menjadi ‘alaqah (segumpal darah) seperti itu pula. Kemudian menjadi mudhghah (segumpal daging) seperti itu pula. Kemudian seorang Malaikat diutus kepadanya untuk meniupkan ruh di dalamnya, dan diperintahkan untuk menulis empat hal, yaitu menuliskan rizkinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagianya. Maka demi Allah yang tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan Dia, sesungguhnya salah seorang dari kalian beramal dengan amalan ahli surga, sehingga jarak antara dirinya dengan surga hanya tinggal sehasta, tetapi catatan (takdir) mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan ahli neraka, maka dengan itu ia memasukinya. Dan sesungguhnya salah seorang dari kalian beramal dengan amalan ahli neraka, sehingga jarak antara dirinya dengan neraka hanya tinggal sehasta, tetapi catatan (takdir) mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan ahli surga, maka dengan itu ia memasukinya”(QS. Al Bukhari dan Muslim). Juga pada ayat – ayat yang lain didalam Al-Qur’an seperti yang terdapat dalam surah Al Mu’minun Allah Subhanahu wata’ala menjelaskan proses perjalanan bagaimana manusia diciptakan oleh Allah Subhanahu wata’ala,

Allah mengetahui segala kondisi dari manusia dan apa yang ia sembunyikan didalam hatinya berupa was-was, kata was – was didalam bahasa arab artinya:”Suara yang tersembunyi”.

Olehnya orang arab menamakan suara perhiasan wanita dengan was – was Al-Huliy karena ia memiliki suara yang tersembunyi dan Allah Subhanahu wata’ala mengetahui hal itu walaupun was-was yang ada didalam hati manusia berupa bisikan – bisikan jiwa. Akan tetapi seorang hamba belumlah dihukumi apakah ia berdosa atau tidak dari was-was yang timbul dari jiwa mereka bahkan belum dicatat sebagai perbuatan dosa, sebagaimana disebutkan dalam hadist:

إن الله تجاوز عن أمتي ما حدثت به أنفسها ما لم تعمل أو تتكلم

Sungguh Allah memaafkan bisikan hati dalam diri umatku, selama belum dilakukan atau diucapkan”. ini merupakan bentuk kelembutan rahmat Allah Subhanahu wata’ala kepada hamba-hambanya karena andaikan bisikan – bisikan jiwa dihisab pada hari kiamat maka binasalah kita dan hal ini pernah diadukan oleh para sahabat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam ketika Allah menurunkan firmannya:

Apa yang kalian tampakkan dari diri – diri kalian atau yang kalian sembunyikan itu akan dihisab, diperhitungkan pada hari kemudian”.

Para sahabat ketika membaca Al-Qur’an bukan hanya sekedar membacanya akan tetapi mereka mentadabburinya dan mereka merasakan bahwa Al-Qur’an yang mereka baca berbicara dengan mereka, jika yang ia baca berupa perintah maka mereka menghadirkan pada diri – diri mereka bahwasanya perintah ini untuk mereka dan jika berupa larangan mereka mengatakan:”Ini larangan untuk kita”, jika ada ayat – ayat rahmat mereka berdoa agar mereka mendapatkan rahmat Allah Subhanahu wata’ala dan jika ada ayat – ayat azab mereka berlindung kepada Allah darinya, jika disebutkan ayat – ayat tentang orang munafik maka mereka khawatir jangan sampai mereka termasuk didalamnya, itulah generasi para sahabat mereka orang – orang yang berada disekeliling Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka tidak menjadikan Al-Qur’an sebagai bacaan belaka tetapi benar – benar mereka mewujudkan dalam kehidupan mereka sehingga ketika mereka mendengarkan ayat diatas mereka kemudian datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengadukan hal tersebut, mereka berkata:”Binasalah kita Ya Rasulullah jika demikian kondisi dan keadaan kita dihari kemudian”, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada mereka:”Maukah kalian seperti yahudi yang ketika diturunkan ayat – ayat kepada mereka, mereka berkata:”Sami’na wa Asoina : Kami dengar dan kami ingkar” akan tetapi katakanlah:”Sami’na Wa Ato’na: Kami dengar dan kami taat”, akhirnya para sahabat berkata:”Sami’na Wa Ato’na”, maka turunlah ayat setelahnya sebagai pujian bagi mereka. Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ ۚ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ

Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat”. (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali“. (QS. Al-Baqarah: 285). Turun lagi ayat setelahnya:

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا ۚ أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir“. (QS. Al-Baqarah: 286).

Ayat ini salah satu contoh yang dijadikan oleh para ulama sebagai bentuk ayat yang tilawahnya tetap ada namun hukumnya telah terhapuskan, didalam Al-Qur’an ada ayat yang telah dihapuskan tilawahnya namun hukumnya tetap berlaku seperti ayat tentang rajam sebagaimana Umar Radhiyallahu ‘anhu beliau pernah berkata:”Kalian pernah mengatakan bahwasanya rajam tidak pernah ada, sesungguhnya kami membacanya dizaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau merajam dan kami merajam bersama dengan beliau”.

Secara asal bisikan jiwa termaafkan namun terkadang dituliskan sebagai dosa disisi Allah Subhanahu wata’ala tatkala orang itu berazam ingin melakukan hal tersebut namun tidak ada kesempatan. Rasulullah pernah menyebutkan tentang 4 orang lelaki: Orang pertama diberi ilmu dan harta sehingga dengan ilmunya ia menginfakkan hartanya dijalan Allah Subhanahu wata’ala, orang yang kedua dia memiliki ilmu dan tidak diberi harta sehingga dengan ilmunya ia berkata:”Andaikan saya seperti fulan yang pertama maka saya akan bersedekah seperti dia”, keduanya mendapatkan pahala yang sama, orang ketiga diberi harta dan jahil sehingga dengan kejahilannya ia menginfakkan hartanya pada hal – hal yang dimurkai oleh Allah Subhanahu wata’ala dan orang yang keempat mengatakan:”Andaikan saya memiliki harta seperti fulan maka saya akan melakukan perbuatan seperti yang ia lakukan”, ia tergiur dengan orang kaya yang keluar masuk ke tempat – tempat perzinahan atau ke bar – bar sehingga muncul bisikan dalam hatinya:”Andaikan saya memiliki harta seperti dia maka saya akan lebih dari dia”, maka keduanya mendapatkan dosa yang sama disisi Allah Subhanahu wata’ala.

Wallahu A’lam Bish Showaab



Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Sabtu , 24 Ramadhan 1439 H

Fanspage : Harman Tajang

Kunjungi Media MIM:
Fans page: https://www.facebook.com/markaz.imam.malik.makassar/

Website : http://harmantajang.id

Youtube : https://www.youtube.com/c/MimTvMakassar

Telegram : https://telegram.me/infokommim

Instagram : https://www.instagram.com/markaz_imam_malik/

ID LINE :  http://line.me/ti/p/%40nga7079p

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here