Tempat Serendah-rendahnya Manusia, Dimana itu? (Tafsir QS. At-tin: 05)

Ilustrasi Al-Qur'an/Istock

Harmantajang.com – Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ

“Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka)”. (QS. At-tin: 05).

Disebut أَسْفَلَ  sebagaimana di indonesia karena di injakinjak, jadi kata aspal berasal dari bahasa Arab. Kata أَسْفَل  juga terdapat dalam firman Allah Subhanahu wa ta’ala:

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka”. (QS. An-Nisa’: 145).

Baca Juga: Dijauhkan dari Neraka dan Dimasukkan ke Surga Merupakan Keberuntungan yang Hakiki

Sebagian para ulama mengatakan:”Manusia secara umum”, karena bagaimanapun gantengnya dan gagahnya, kuatnya pasti dia akan kembali kepada kondisi yang buruk, sebagaimana disebutkan dalam surah Yasin:

وَمَنْ نُعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِي الْخَلْقِ ۖ أَفَلَا يَعْقِلُونَ

“Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadian(nya). Maka apakah mereka tidak memikirkan?”. (QS. Yasin: 69).

Tubuhnya menjadi lemah kemudian datang peringatan dari Allah, uban mulai bermunculan diatas kepalanya, penglihatannya mulai rabun, pendengarannya mulai berkurang, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

 اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ ۖ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ


“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa”. (QS. Ar-Rum: 54).

Baca Juga: Larangan Berhujjah dengan Takdir Sebelum Terjadi (Tafsir QS. Al-Mu’minun: 106)

Jika kita melihat binaragawan dengan tubuhnya yang kekar maka ketahuilah kondisinya tidak demikian ketika dilahirkan.

Dalam riwayat yang lain dibaca dhaaf dan dhuuf perbedaannya kata para ulama dhaaf berkaitan dengan jasad yang dzahir dan dhuuf berkaitaan dengan akal, begitulah manusia jika semakin tua atau diakhir-akhir hidupnya maka akalnya semakin berkurang.

Misalnya di rumahnya ia berkata kepada istrinya:”Siapa lelaki yang duduk di dekatmu itu”, istrinya berkata:”Anak kita“, menunjukkan ia sudah tidak bisa bedakan anaknya dengan orang lain, dia sudah tidak bisa bedakan beras kepada dengan beras ketan, dia sudah tidak bisa lagi bedakan teh dengan kopi, oleh karenanya dalam dzikir pagi dan petang terdapat doa berlindung di hari tua.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here