Harmantajang.com – Ulama kita pernah mengatakan “Orang yang memberikan wasiat terhadap ketakwaan sangatlah banyak tapi apakah kita pernah merenungi apakah kita termasuk orang yang bertakwa kepada Allah Subhanahu wata’ala”. Sebagaimana firman-Nya:”
إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
“Sesungguhnya Allah hanya menerima (amalan) dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Maidah: 27).
Dalam ayat lain ketika Allah menyebutkan ibadah menyembelih hewan Qurban, Allah Subhanahu wata’ala berfirman:
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya”. (QS. Al Hajj: 37).
Begitu pentingnya ketakwaan, bahkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam setiap kali beliau memulai wasiat atau khutbah dihadapan para sahabatnya beliau membuka dengan khutbatul hajah.
Dan diantara point dari khutbah hajah tersebut adalah pesan-pesan ketakwaan. Disetiap hari jumat para khatib membaca 3 firman Allah Subhanahu wata’ala yang didalamnya memerintahkan kita untuk bertakwa kepadanya.
Dalam Surah Ali Imran Allah Subhanahu wata’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam“. (QS. Ali Imran : 102).
Dalam ayat diatas Allah memerintahkan kita bertakwa dengan sebenar-benar ketakwaan yang ditafsirkan oleh Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu:
”Sebenar-benar ketakwaan yaitu ketika senantiasa taat kepada Allah dan tidak bermaksiat kepada-Nya. Senantiasa mengingat Allah dan tidak melupakan-Nya serta senantiasa bersyukur dengan nikmat-Nya dan tidak kufur terhadap apa yang Allah berikan kepada kita”.