Harmantajang.com – Didalam Al-Qur’an, Allah menceritakan bagaimana 2 Nabi yang mulia yaitu Nabi Musa dan Khidir dengan perjalanan yang panjang dari suatu tempat ke tempat yang lain dan diantara misinya adalah untuk menegakkan dinding rumah 2 orang anak yatim yang hampir rubuh,
Ini menunjukkan bagaimana islam sangat memperhatikan tentang berbuat baik kepada anak yatim bahkan kedudukan orang yang berbuat kepada anak yatim disebutkan oleh Rasulullah, Dari Sahl bin Sa’ad Radhiallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
« أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِى الْجَنَّةِ هكَذَا » وأشار بالسبابة والوسطى وفرج بينهما شيئاً
“Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini”, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam, serta agak merenggangkan keduanya”. (HR. Al-Bukhari no. 4998 dan 5659).
Hadist ini menunjukkan sangat dekatnya kedudukannya dengan Rasulullah. ayat selanjutnya Allah berfirman:
وَأَمَّا السَّائِلَ فَلَا تَنْهَرْ
“Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya”. (QS. Ad-Dhuha: 10).
Baca Juga: Allah Selalu Menyandingkan Nama-Nya dengan Rasulullah (Tafsir QS. Al-Insyirah: 4)
Peminta disini tafsirannya ada 2 yang pertama peminta yang meminta karena memang butuh kecuali jika ia menjadikan pekerjaaan sedangkan dia mampu maka sekali-sekali boleh diberi pelajaran dan ini tidak mengapa kita menasehatinya.
Sebagaimana Umar bin Khattab pernah di masjid ada peminta-minta yang berdiri meminta kepada jama’ah, Umar berkata:“Bawa dia kerumah dan beri makan”, ketika masuk waktu isya setelah sholat dia berdiri lagi untuk meminta.
Umar kemudian mengambil bungkusannya dan membukannya ternyata di dalamnya ditemukan banyak roti dan makanan yang lain ia menjadikan hal itu sebagai pekerjaan, akhirnya Umar membawanya ke kandang unta.
Kemudian diberikan kepada unta-unta dari apa yang ia minta kepada jama’ah di masjid kemudian dipukul satu kali punggunggnya, lalu Umar berkata:”InsyaAllah dia tidak akan meminta-minta lagi”.
Baca Juga: Larangan Berlebih-Lebihan saat Mensucikan Diri (Berwudhu)
Adapun hadist yang mengatakan barangsiapa yang datang meminta berilah kepadanya walaupun dia datang menunggang seekor kuda, hadist ini tidak shahih oleh karenanya kita bisa melihat kondisi dan keadaanya.
Jikapun kita ikhlas memberi kepada orang yang meminta dan orang ini kita tidak tahu kondisinya maka berikan kepadanya dan tidak perlu kita berburuk sangka kepadanya karena kapan kita akan memberi jika kita berburuk sangka terus.