Harmantajang.com – Dalam Islam, seluruh tindak-tanduk setiap manusia sudah memiliki aturan dan batasannya. Olehnya, semaksimal mungkin kita sebagai hamba tetap berjalan pada aturan dalam ketaatan.
Meskipun demikian, dalam Islam Rahmat dan kasih sayang dari-Nya selalu lebih besar dari pada murka-Nya. Bahkan dalam hadist, Rasullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:
إنَّ اللَّهَ تَجَاوَزَ لأُمَّتِي ما حَدَّثَتْ بِهِ أنْفُسَها ما لَمْ تَتَكَلَّم بِهِ أوْ تَعْمَلْ
“Sesungguhnya Allah mengampuni untuk umatku terhadap apa yang terlintas dalam hatinya, selama tidak diucapkan atau dikerjakan” (HR. Muslim 127).
Baca Juga: Penuh Kasih, Wahai Manusia yang Malampaui Batas janganlah Berputus dari Rahmat-Nya
Para ulama kita membuat perincian:”Jika sekedar lewat dimaafkan selama tidak dikerjakan karena takut kepada Allah“, misalnya dia mau mencuri kemudian dia berkata ini tidak boleh haram dan seterusnya itu belum dituliskan sebagai dosa.
Tetapi ulama kita mengatakan: ”Jika dia bertekad dengan kuat untuk mengerjakannya cuma belum ada kesempatan maka itu sudah ditulis dosa“.
Dalilnya hadist yang disebutkan oleh nabi tentang 4 golongan, golongan pertama ia diberikan harta sekaligus ilmu, dengan ilmunya dia menginfakkan sebagian hartanya dijalan Allah, yang kedua orang yang diberi ilmu tapi tidak punya harta tapi dia berkata:
Baca Juga: Buat Para Orang Tua, Jadikan Ilmu Agama sebagai ‘Warisan’ Terbaik
“Andaikan saya memiliki harta seperti fulan saya juga akan melakukan seperti yang ia lakukan“, dia mau bangun masjid tapi tidak punya uang, dia mau bersedekah dimana-mana tetapi tidak ada kemampuan.
Nabi berkata:”Keduanya mendapatkan pahala yang sama”, padahal yang kedua baru niat dan sekedar baru tekad.