Harmantajang.com – Umumnya, semakin seseorang mendapatkan kenikmatan di dunia maka nanti dikurangi kenikmatan untuknya di akhirat dan dari sini Nabi mengatakan:
“Orang-orang miskin itu lebih dahulu dimasukkan ke dalam surga dibanding orang-orang kaya dengan jarak setengah hari“. Oleh sebab itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berlindung kepada Allah dari kefakiran .
Namun beliau berdoa dibangkitkan pada hari kiamat dalam golongan orang-orang miskin, padahal Nabi pernah ditawari oleh Allah apakah beliau menjadi Nabi sekaligus raja atau penguasa.
Baca Juga: Waspada, Dosa Jariyah akan Membebanimu (Tafsir QS. Al-Insyirah Ayat 2-3)
Ketika tawaran itu diberikan kepada beliau Jibril kemudian memberikan isyarat kepada Nabi dengan menurunkan sayapnya dengan berkata:”Hendaknya engkau tawadhu wahai Muhammad”,
Sebagian ulama mengatakan:”Sengaja Nabi memilih untuk menjadi hamba biasa, menjadi orang miskin karena beliau tahu kebanyakan ummatnya miskin-miskin sehingga ketika mereka merasakan itu mereka tidak terlalu bersedih karena kekasih Allah jujungan mereka yaitu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memilih hidup dalam kondisi dan keadaan seperti itu”.
Allah berfirman:
اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan baginya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (QS. Al-‘Ankabuut: 62).
Olehnya, keaadaan miskin didunia bukan jaminan bahwa kelak diakhirat akan mengalami penderitaan pula. Sebab semuanya akan tergantung pada tingkat ketaatan dan ketaqwaan seorang hamba.
Baca Juga: Kelak Hari itu Semuanya Sibuk dengan Urusan Masing-masing