Meraih Kedudukan Tertinggi dengan Menjadi Hamba Allah

0
422
Ilustrasi seorang sedang beribadah/Detikcom

Harmantajang.com – Kedudukan yang paling tinggi seorang hamba adalah ketika ia benar-benar menjadi hamba yang disebut dengan Abdullah (hamba Allah).

Bukan hanya sekedar jargon, sebab banyak manusia yang tidak menunjukan penghambaan dirinya kepada Allah. Mereka tidak mengerjakan apa yang Allah perintahkan terutama dalam hal ibadah kepada Allah Subhanahu wata’ala.

Dalam A-Qur’an ketika Allah menyebut nama-nama nabinya, Allah menyandarkan penyebutan nama-nama nabinya pada dirinya. Sebagaimana Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأَقْصَى

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha“. (QS. Al Isra’:1). 

Allah memuji Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai hambanya yang mulia. Begitupula dengan Pujian Allah Subhanahu wata’ala kepada Nabi Nuh ‘Alaihissalam:

ذُرِّيَّةَ مَنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ ۚ إِنَّهُ كَانَ عَبْدًا شَكُورًا

“(yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur“. (QS. Al Isra’:3).

Bahkan RasulullahShallallahu ‘alaihi wasallam  seorang manusia yang paling mulia yang pernah diciptakan, tetap menyadari bahwa dia adalah seorang hamba dan tetap beribadah kepada-Nya.

Sebagaimana disebutkan dalam hadistnya:

لاَ تُطْرُوْنِي كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ، فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ، فَقُوْلُوْا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ

“Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagai-mana orang-orang Nasrani telah berlebih-lebihan memuji ‘Isa putera Maryam. Aku hanyalah hamba-Nya, maka katakanlah, ‘‘Abdullaah wa Rasuuluhu (hamba Allah dan Rasul-Nya)“. (HR. Al-Bukhari,at-Tirmidzi).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here